Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wamenkeu Suahasil Ungkap Alasan Rendahnya Belanja Pemerintah per Februari 2025

Realisasi belanja per Februari 2025 lebih rendah dari tahun sebelumnya karena ada base effect tinggi pada Februari 2024 akibat pengeluaran Pemilu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan jajarannya dalam konferensi APBN KiTa di Kemenkeu, Jakarta pada Kamis (13/3/2025). / Bisnis-Surya Dua Artha Simanjuntak
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan jajarannya dalam konferensi APBN KiTa di Kemenkeu, Jakarta pada Kamis (13/3/2025). / Bisnis-Surya Dua Artha Simanjuntak

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan realisasi belanja per Februari 2025 yang mencapai Rp211,5 triliun memang lebih rendah dari periode Februari 2024 yang kala itu senilai Rp239,6 triliun.

Sua, sapaannya, menjelaskan bahwa belanja tahun lalu sedikit lebih tinggi karena mengingat pada Februari tahun lalu, terdapat penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) presiden dan wakil presiden. 

“Menjelang Pemilu banyak sekali pengeluaran, sementara tahun ini tidak ada,” ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis (13/3/2025). 

Bukan hanya itu, pemerintah juga memberikan bantuan pangan pada awal tahun lalu sebagai efek El Nino. 

Menurutnya, meski secara persentase belanja pemerintah pusat pada Februari 2025 ini lebih rendah, namun masih on track, sekalipun terdapat kebijakan efisiensi. 

Secara umum, Suahasil menyampaikan bahwa K/L telah membelanjakan Rp83,6 triliun atau 7,2% dari pagu. 

Terbesar, merupakan belanja pegawai yang mencapai Rp36,3 triliun dan belanja bantuan sosial (bansos) yang telah disalurkan senilai Rp25,9 triliun. 

“Belanja ini tidak disentuh efisiensi. Bansos tetap disalurkan sesuai jadwal,” lanjut Sua. 

Sementara belanja non-K/L telah mencapai Rp127,9 triliun atau 8,3% dari total belanja non K/L. Utamanya, untuk pembayaran manfaat pensiun senilai Rp35,3 triliun, serta subsidi dan kompensasi yang sejumlah Rp10,7 triliun. 

Suahasil menyatakan bahwa dua jenis belanja yang menjadi fokus efisiensi, yakni belanja modal dan belanja barang yang masing-masing telah terealisasi senilai Rp3,1 triliun dan Rp18,3 triliun. 

“Biasanya dua bulan pertama, proses kontrak belum semua dimulai, makanya belanja modal baru 3,1 triliun. Belanja barang di sini memang ada efisensi anggaran, namun diamankan semua tugas dan fungsi dasar pelayanan masyarakat,” ucapnya. 

Belanja barang yang tetap dilakukan, yakni subsidi biodiesel kepada Badan Pengelola Dana Perekebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) senilai Rp3,8 triliun, kemudian pelayanan kesehatan tetap berjalan dengan nilai Rp1,4 triliun.

Pemerintah juga membelanjakan Rp767,8 miliar untuk dukungan keamanan dan ketertiban masyarakat, bantuan dan peningkatan kapasitas perguruan tinggi Rp235 miliar, serta pelayanan transportasi darat, laut, dan udara Rp384,3 triliun. 

Melihat postur APBN secara penuh, pemerintah merencanakan belanja negara senilai Rp3.621,3 triliun. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper