Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Waswas ada War Game Ekonomi dari AS, Indonesia Aman?

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan sederet kebijakan Presiden AS Donald Trump beserta tarif balasan dari negara-negara lain menimbulkan war game.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan jajarannya dalam konferensi APBN KiTa di Kemenkeu, Jakarta pada Kamis (13/3/2025). / Bisnis-Surya Dua Artha Simanjuntak
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan jajarannya dalam konferensi APBN KiTa di Kemenkeu, Jakarta pada Kamis (13/3/2025). / Bisnis-Surya Dua Artha Simanjuntak

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan sederet kebijakan yang Presiden AS Donald Trump buat beserta tarif balasan dari negara-negara lain, menimbulkan perang yang dirinya sebut sebagai war game bidang ekonomi.  

Bermula dari Trump yang mengumumkan pengenaan tarif bea masuk impor 25% terhadap China, Kanada, dan Meksiko pada awal Februari. Kemudian China dan Kanada memberikan tarif balasan. 

Tidak berhenti sampai di situ, Trump terus mengumumkan tarif-tarif tambahan, terakhir pada 11 Maret resmi berlaku tarif tambahan 25% tarif untuk alumunium dan baja dari Kanada. 

“Jadi ini yang disebut the war game di bidang ekonomi. Trump memang mengincar negara yang surplus atau AS mengalami defisit terhadap negara ini,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (13/3/2025). 

Dalam paparannya, tercantum 20 negara yang mengalami surplus neraca perdagangan dengan AS, di mana China di posisi pertama dengan surplus mencapai US$319,1 miliar. Sementara suplus Meksiko dengan AS mencapai US$175,9 miliar. 

Indonesia tercatat berada dalam posisi ke-15 sebagai negara yang menerima surplus perdagangan dengan AS. Per 2024, Indonesia mengalami surplus US$19,3 miliar. 

Bendahara Negara mewaspadai segala potensi, termasuk apabila AS memberlakukan kebijakan kepada seluruh negara yang surplus dengan AS. Pasalnya, Vietnam dikabarkan menjadi target tarif selanjutnya dari Trump. 

“Ini yang harus kita sekarang teliti dan waspadai. Kalau diberlakukan kebijakan tarif kepada negara yang surplus, Indonesia peringkat 15, ini berpotensi menciptakan biaya dari supply chain manufaktur dan terutama sektor digital yang akan meningkat,” jelasnya. 

Bukan hanya itu, rantai pasok secara umum berpotensi mengalami disrupsi ditambah dengan harga komoditas yang semakin bergejolak. Padahal, harga komoditas menjadi ujung tombak penerimaan Tanah Air. 

Sentimen pasar pun diprediksi bakal tersebut bergejolak atau volatile, sebagaimana yang terjadi dalam satu bulan terakhir. 

Alhasil, kondisi ini menimbulkan pertanyaan bagi seluruh negara terkait peta ekonomi ke depannya.

“Ternyata selama ini yang dianggap aman, friendshoring, itu sekarang tidak ada friends lagi. Kalau kamu berteman, kita amankan. Ternyata definisi teman, tidak ada lagi di dalam konteks hari ini,” tutur Sri Mulyani. 

Meski demikian, dirinya menyampaikan bahwa Indonesia masih melihat peluang relokasi dari rekonfigurasi rantai pasok. Selain itu, terdapat pula peluang kerja sama Asean dan BRICS yang lebih kuat. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper