Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Minyakita Bikin Konsumen Kabur? Ini Kata Pengamat

Pengamat menilai kasus Minyakita yang terjadi belakangan ini bisa mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen.
Pedagang menata Minyakita di Bandung, Jawa Barat. Bisnis/Rachman
Pedagang menata Minyakita di Bandung, Jawa Barat. Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai temuan minyak goreng kemasan sederhana merek pemerintah, Minyakita dengan volume kurang dari 1 liter berpeluang bisa menurunkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap minyak goreng ini.

Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan bahwa penyunatan volume atau takaran Minyakita dilakukan oleh segelintir produsen, sehingga tingkat kepercayaan konsumen berpeluang masih terjaga.

“Bisa ya [dan] bisa juga tidak. [Bisa] tidak, karena takaran disunat itu dilakukan segelintir produsen. Produsen lain masih taat aturan,” kata Khudori, dikutip Minggu (16/3/2025).

Namun, lanjut dia, jika penyunatan volume Minyakita dilakukan secara masif maka akan membuat konsumen beralih ke merek lain.

“Ya [konsumen bisa tidak percaya], jika ternyata penyunatan isi [Minyakita] itu masif dan dilakukan mayoritas produsen. Tapi saat ini kan tidak,” ujarnya.

Kendati demikian, menurut Khudori, harga Minyakita jauh lebih murah dibandingkan minyak goreng kemasan. Bahkan, juga jika dibandingkan dengan minyak goreng curah. Sebab, lanjut dia, Minyakita telah ditetapkan harga eceran tertinggi (HET).

Untuk diketahui, HET Minyakita yang ditetapkan pemerintah adalah Rp15.700 per liter. Namun, secara rata-rata nasional, harga Minyakita mencapai Rp17.645 per liter atau melampaui HET pada Minggu (16/3/2025) pukul 11.20 WIB, menyitir Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Masih mengacu data Bapanas, harga Minyakita termahal tembus Rp20.000 per liter di Papua Barat, sedangkan harga termurah adalah Rp16.927 per liter di Kepulauan Riau.

Sebelumnya, Peneliti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Niti Emiliana mengatakan jika pemerintah belum melakukan pembenahan dan penindakan yang tegas terhadap perusahaan yang menyunat volume Minyakita, maka bukan tidak mungkin masyarakat akan berlabuh ke pilihan lain.

“Selama Minyakita belum ada pembenahan dan belum ditindak, dimungkinkan masyarakat tidak meminati Minyakita,” kata Niti.

Namun, Niti menyebut sejatinya preferensi masyarakat Indonesia mempertimbangkan masalah harga, termasuk dalam hal minyak goreng. Terlebih, produsen Minyakita tersebar di berbagai daerah, sehingga menjadi hak konsumen untuk memilih.

Meski begitu, YLKI menilai isu Minyakita yang dijual tak sesuai takaran ini membuat masyarakat tidak lagi percaya kepada pemerintah. Apalagi, kata dia, kasus sebelumnya seperti gas elpiji hingga Pertamax oplosan juga tak berselang lama dari kasus Minyakita.

“Hal ini akan menjadi ajang trust issue masyarakat kepada pemerintah. Kasus gas elpiji, Pertamax, dan terakhir Minyakita menjadi pukulan telak bagi pemerintah. Bagaimana bisa produk di bawah penguasaan pemerintah kok ternyata malah banyak yang tidak sesuai dari harga maupun kualitas,” tuturnya.

Untuk itu, menurutnya, pemerintah harus melakukan evaluasi dan membenahi tata kelola produksi, distribusi, hingga konsumsi ke konsumen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper