Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mempertanyakan harga minyak goreng Minyakita yang masih terus melampaui harga eceran tertinggi (HET). Permasalahan ini sudah terjadi selama hampir 3 tahun.
Kemendagri meminta agar Kementerian Perdagangan (Kemendag) membuat peta pasokan Minyakita untuk mengatasi masalah tersebut.
Sekretaris Jenderal Kemendagri Tomsi Tohir menyebut permasalahan Minyakita sudah terjadi hampir tiga tahun lamanya. Menurutnya, harga Minyakita yang melambung di atas HET salah satunya adalah pasokan yang tidak mencukupi permintaan di pasar. Padahal, Tomsi menilai jika distribusi Minyakita dilakukan merata, maka harganya akan berangsur turun.
“Permasalahannya ini hampir 3 tahun kita, Pak. Mulai dari 3 tahun yang lalu saya yang memimpin rapat, kita berupaya mulai menekan Satgas Pangan, terus teman-teman daerah, tapi kalau berkaitan dengan, saya yakin ini berkaitan dengan pasokan [Minyakita], Pak. Kalau distribusi diguyur Pak, ya turun [harga Minyakita], gitu loh Pak,” kata Tomsi dalam Rapat Koordinasi Inflasi Daerah 2025 di YouTube Kemendagri, Senin (23/6/2025).
Tomsi menuturkan pemerintah juga memerintahkan Perum Bulog untuk menyalurkan pasokan Minyakita. Sayangnya, ungkap dia, kondisi harga Minyakita masih belum berubah. “Di mana, 90% daerah kita itu jauh di atas HET,“ imbuhnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 440 dari 493 kabupaten/kota mengalami kenaikan harga minyak goreng Minyakita melampaui HET Rp15.700 per liter pada pekan ketiga Juni 2025. Ini artinya, hampir 90% atau 89,25% kabupaten/kota mengalami kenaikan harga Minyakita.
Baca Juga
Adapun, mayoritas lonjakan harga Minyakita terjadi di luar Pulau Jawa yang mencapai 336 kabupaten/kota pada pekan ketiga Juni 2025. Melihat data ini, Kemendagri meminta agar Kemendag segera membuat peta pasokan Minyakita.
“Saya berharap teman-teman dari Kemendag itu bisa membuat peta pasokannya. Kalau memang pasokannya cukup, sekarang berarti tinggal distribusi. Tapi kalau memang pasokannya kurang, ya adakah mungkin jalan keluar yang lain yang harus dipikirkan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Tomsi pun membandingkan komoditas lain seperti cabai, bawang, hingga beras yang bisa turun signifikan dan sesuai dengan HET.
“Berkaitan dengan minyak goreng ini [Minyakita], kita belum ketemu nih, belum ketemu metodenya seperti apa. Tolong sampaikan, apakah ada jalan keluar yang lain. Kenapa? Karena ini, kalau begini-begini terus, nggak turun. Nggak turun kenapa? Karena 90% wilayah kita di atas HET,” tuturnya.
Untuk itu, Kemendagri meminta agar Kemendag mencari jalan keluar terkait pasokan Minyakita. Sebab, jika pasokan Minyakita melimpah maka akan menahan harga minyak goreng lainnya.
“Kalau Minyakita-nya kondisinya terbatas, [minyak goreng] premium pasti naik. Kenapa? Karena orang nyari [minyak goreng] premium. Karena Minyakita-nya mulai terbatas, begitu kan kurang lebih,” pungkasnya.