Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha memperkirakan konsumsi masyarakat pada momen perayaan Hari Raya Idulfitri 1446 H atau Lebaran 2025 tahun ini bakal lebih landai dibandingkan momen yang sama tahun lalu imbas daya beli masyarakat yang masih belum pulih.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani menuturkan bahwa lebaran tahun ini masih dibayang-bayangi sentimen daya beli.
Padahal, Shinta menyebut momentum lebaran selalu menjadi salah satu pendorong penting dunia usaha bagi sektor ritel, pariwisata, akomodasi, makanan dan minuman (mamin), serta transportasi.
Hal ini mengingat, aktivitas mudik yang melibatkan ratusan juta masyarakat dari berbagai daerah biasanya memberikan efek berantai terhadap sektor-sektor tersebut.
Di samping itu, lanjut dia, Lebaran merupakan periode musiman yang selalu diharapkan oleh pelaku usaha untuk dapat meningkatkan bisnisnya, sekaligus momentum yang diharapkan dapat mendorong konsumsi masyarakat.
Perputaran uang selama periode lebaran biasanya cenderung meningkat dibandingkan bulan-bulan biasa, seiring dengan naiknya aktivitas belanja masyarakat, perjalanan wisata, dan konsumsi barang serta jasa. Sayangnya, Apindo melihat kondisi yang berbeda pada Lebaran tahun ini.
Baca Juga
“Namun, kami melihat lebaran tahun ini masih dibayang-bayangi sentimen daya beli masyarakat yang masih belum sepenuhnya pulih sejak akhir tahun lalu,” kata Shinta kepada Bisnis, dikutip pada Kamis (27/3/2025).
Jika menengok data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut dari Mei—September 2024, dan berlanjut di dua bulan pertama 2025.
Untuk diketahui, BPS mengumumkan deflasi tahunan pada Februari 2025 tercatat sebesar 0,09% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan deflasi bulanan di leve 0,48% month-on-month (mom)
Menurut Shinta, ini adalah deflasi tahunan yang pertama dalam sekitar dua dekade terakhir, sekaligus menjadi perhatian bersama lantaran terjadi menjelang periode musiman Ramadan dan Lebaran.
Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari 2025 berada pada level optimis sebesar 126,4 meski menurun dari level bulan sebelumnya, yakni 127,2. Dari sana, dunia usaha berharap dapat memberikan sedikit dorongan bagi konsumsi di periode lebaran ini.
Apindo juga mencermati data terbaru Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang memperkirakan sebanyak 146,48 juta orang akan melakukan perjalanan selama Libur Lebaran 2025. Angka proyeksi ini turun 24,33% dibandingkan survei tahun lalu yang mencatat 193,6 juta pemudik.
“Sehingga, meskipun periode lebaran biasanya terjadi peningkatan konsumsi masyarakat, kami mencermati bahwa peningkatan konsumsi tahun ini berpotensi tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya,” tuturnya.
Dengan kondisi yang penuh tantangan, Shinta menyebut banyak pelaku usaha mulai mengoptimalkan efisiensi operasional dan menyesuaikan strategi agar tetap kompetitif di tengah persaingan pasar.
Untuk itu, Apindo meminta pemerintah untuk terus melakukan upaya penguatan pasar domestik dan daya beli masyarakat agar industri tetap memiliki penopang pertumbuhan yang solid di tengah ketidakpastian global.
Dunia usaha juga merekomendasikan penguatan kebijakan yang mendorong daya saing nasional.
Perinciannya dengan memastikan berjalannya reformasi struktural yang berfokus pada efisiensi biaya operasional, seperti penurunan biaya logistik, efisiensi rantai pasok, dan penyederhanaan regulasi yang sering kali menjadi hambatan bagi pelaku usaha. Selain itu, dunia usaha juga meminta agar pemerintah memberikan insentif bagi ekspor dan investasi.
“Kami berharap bahwa langkah-langkah strategis ini tidak hanya difokuskan untuk mendorong konsumsi selama Lebaran, namun juga untuk menjaga momentum pertumbuhan pasca-Lebaran agar dampak positifnya lebih berkelanjutan,” pungkasnya.