Bisnis.com, JAKARTA — Delegasi Indonesia akan membawa sejumlah misi khusus saat terbang ke Amerika Serikat untuk menegosiasikan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.
Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti menjelaskan delegasi pemerintah akan terbang ke Washington DC, AS untuk melakukan negosiasi resmi pada pekan depan. Delegasi tersebut akan dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Luar Negeri Sugiono.
"Tujuan kami untuk memperjelas cakupan kebijakan tarif resiprokal, mendorong perlakuan yang adil, dan soroti kerugian dari penerapan tarif tersebut—tidak hanya bagi eksportir Indonesia tetapi juga bagi importir dan konsumen AS," jelas Roro dalam Public Forum yang diselenggarakan CSIS, Jakarta Pusat, Kamis (10/4/2025).
Politisi Partai Golkar ini menjelaskan Airlangga Cs akan melakukan pendekatan diplomatik tingkat federal hingga negara bagian, termasuk dengan para pebisnis AS. Bahkan, sambungnya, akan ada diskusi sektoral yang berkaitan dengan barang-barang prioritas.
Apalagi, Roro menjelaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto sudah menginstruksikan agar pemerintah meningkatkan impor produk-produk AS. Komoditas-komoditas AS yang ingin ditingkatkan impornya seperti kedelai dan gandum sehingga defisit perdagangan antara AS dengan Indonesia bisa berkurang.
"Negosiasi ini, kami yakin, sangat penting dan memberikan solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu Amerika Serikat dan Indonesia," katanya.
Baca Juga
Dia menggarisbawahi bahwa pemerintah Indonesia menghormati hubungan bilateral dan perdagangan dengan AS. Dengan demikian, dialog terbuka merupakan jalan terbaik untuk menghindari eskalasi perang dagang.
Apalagi, belakangan Trump memutuskan untuk menunda penerapan tarif resiprokal ke negara-negara mitra dagangnya termasuk Indonesia selama 90 hari.
Roro menganggap keputusan Trump itu sebagai sinyal baik bagi Indonesia. Apalagi, sambungnya, Indonesia sudah menegaskan tidak melakukan retaliasi melainkan negosiasi.
"Kami pasti akan terus memantau perkembangan terbaru terkait hal ini," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menyatakan tarif resiprokal Trump merupakan tantangan nyata bagi Indonesia. Apalagi, Indonesia dikenai tarif bea masuk sebesar 32%.
Roro menjelaskan Indonesia berada di peringkat ke-15 negara dengan surplus perdagangan terbesar atas AS. Oleh sebab itu, kenaikan tarif akan berdampak negatif ke sektor-sektor yang kerap melakukan ekspor ke AS seperti tekstil, alas kaki, CPO, komponen elektronik, hingga otomotif.
"Industri-industri ini tidak hanya berorientasi ekspor, tetapi juga penting bagi lapangan kerja Indonesia serta pembangunan pedesaan," ujarnya.