Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Menghijau, Ada Efek Komentar Menkeu AS soal Perang Dagang dengan China

Semua 11 sektor utama dalam indeks S&P 500 naik, dengan sektor keuangan dan barang konsumsi mengalami persentase kenaikan terbesar.
Seorang pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Seorang pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street bangkit kembali pada Selasa (22/4/2025) didorong serangkaian laporan laba kuartalan dan sinyal tentang meredanya ketegangan perdagangan AS-China yang menarik minat investor.

Melansir Reuters pada Rabu (23/4/2025), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 1.016,57 poin, atau 2,66%, menjadi 39.186,98. Kemudian, indeks S&P 500 naik 129,56 poin atau 2,51%, menjadi 5.287,76 dan Nasdaq Composite juga ditutup naik 429,52 poin, atau 2,71%, menjadi 16.300,42.

Semua 11 sektor utama dalam S&P 500 naik, dengan sektor keuangan dan barang konsumsi mengalami persentase kenaikan terbesar.

Reli mendorong ketiga indeks utama AS menguat lebih dari 2,5% karena investor mengabaikan serangan Trump terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang secara luas dianggap sebagai kekuatan penstabil bagi pasar.

Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari, ketika ditanya tentang serangan Trump terhadap Powell, mengatakan independensi Fed adalah dasar untuk hasil ekonomi yang lebih baik.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan bahwa meskipun negosiasi perdagangan dengan Beijing kemungkinan akan berjalan lambat, dia yakin bahwa akan ada penurunan ketegangan perdagangan AS-China.

"Pergolakan terus berlanjut sebagian agresi antara AS dan China mencair, berkat komentar Bessent, yang membantu mendorong keadaan menjadi lebih baik," kata Ryan Detrick, kepala strategi pasar di Carson Group di Omaha.

Dia menambahkan Washington memahami bahwa ketidakpastian seputar tarif merugikan pasar dan diharapkan bisa mendapatkan beberapa jenis berita positif di bidang perdagangan.

Ketidakpastian tersebut mendorong Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memangkas perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi AS menjadi 1,8% pada tahun 2025, dengan alasan dampak tarif AS, yang sekarang mencapai titik tertinggi dalam 100 tahun.

Adapun, musim laporan keuangan perusahaan pada kuartal I/2025 mulai memanas. Sejauh ini, 82 perusahaan di S&P 500 telah melaporkan kinerjanya. Dari jumlah tersebut, 73% telah melampaui ekspektasi, menurut LSEG.

Analis kini memperkirakan pertumbuhan laba agregat S&P 500 sebesar 8,1% untuk periode Januari - Maret, turun dari perkiraan pertumbuhan 12,2% di awal kuartal, menurut LSEG.

"Laba saat ini menunjukkan kelanjutan fundamental yang baik, yang tidak mengejutkan," kata Bill Merz, kepala Riset Pasar Modal di U.S. Bank Wealth Management, Minneapolis.

Merz menambahkan, investor sedang mengkaji panduan perusahaan untuk kejelasan tentang apa yang direncanakan perusahaan untuk menanggapi kebijakan tarif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper