Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi bakal sulit menembus angka 5% pada tahun ini, apalagi mencapai target pemerintah yang sebesar 5,2%.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang sebesar 4,7% tampaknya semakin realistis di tengah kondisi global maupun pelemahan daya beli di dalam negeri.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam mengamini memang sulit untuk mencapai 5%. Tanpa adanya perubahan kebijakan di tengah ketidakpastian saat ini, semakin sulit pula untuk mencapai target pemerintah.
“Perekonomian kita akan sangat sulit berada di 5%. Hanya berada di kisaran 4,7% hingga 4,8% atau bahkan lebih rendah apabila gejolak global itu semakin memburuk dan kita tidak melakukan respons kebijakan secara tepat,” ujarnya dalam diskusi IMF Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025-2026 Hanya 4,7%: Indonesia Bisa Apa?, Senin (28/4/2025).
Piter memandang saat ini kebijakan pemerintah menjadi kunci akan keberhasilan pertumbuhan ekonomi untuk dapat tetap di atas 5% atau tidak.
Menurutnya, apabila pemerintah benar-benar tepat mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi dan mampu menetapkan kebijakan yang sesuai atas permasalahan yang ada, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dan juga tahun tahun mendatang dapat lebih tinggi atau sesuai target pemerintah.
Baca Juga
Sebaliknya, apabila pemerintah tidak mengambil kebijakan yang tepat, sulit untuk mengubah tren perlambatan ekonomi.
Meski demikian, menurutnya proyeksi IMF lebih didasarkan kepada kondisi saat ini, belum mempertimbangkan kemungkinan perubahan kebijakan yang bisa diambil oleh pemerintah.
Dari sudut pandang ini, Piter melihat ada kemungkinan target pertumbuhan ekonomi 5,2% dari pemerintah dapat lebih realistis, karena pemerintah yang tahu kebijakan apa yang akan diambil ke depan.
Bahkan, jika pemerintah mengambil langkah untuk belajar dari kesalahan tahun ini kemudian mengubah kebijakannya tahun depan, pemerintah masih mampu mencapai target pertumbuhan 8% pada 2029 yang diiringi dengan penurunan tingkat kemiskinan.
“Tapi kalau pemerintah sendiri juga tidak tahu apa yang akan dikerjakan kedepan, proyeksi IMF bisa lebih realistis,” lanjut Piter.
Pada diskusi yang sama, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute of Development on Economics and Finace (Indef) Rizal Taufikurahman menilai proyeksi IMF yang cukup pesimistis tersebut menunjukkan adanya tantangan berat untuk mengungkit perekonomian Indonesia.
Padahal, tahun ini menjadi ujung tombak menyukseskan target pertumbuhan ekonomi pemerintah di angka 8%.
“Karena kalau tahun ini tidak di atas target pertumbuhan ekonomi, rasanya tahun depan juga tantangannya semakin besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan,” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pemerintah belum melakukan revisi pertumbuhan ekonomi 2025 yang sebesar 5,2%, di tengah proyeksi pelemahan ekonomi global akibat tarif Trump.
Meski Sri Mulyani sempat menyampaikan bahwa tarif Trump dapat memangkas 0,5% pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi dirinya masih akan menunggu pertengahan tahun.
Pada periode itu, pemerintah baru akan memperbarui proyeksi atau outlook dari postur APBN ketika Laporan Semester dipaparkan di depan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
“Kami akan lihat nanti apakah target dari asumsi pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,2% mengalami deviasi,” ujarnya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4/2025).