Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi RI Bakal Sulit Tembus 5%, Proyeksi IMF Makin Realistis?

Tanpa ada perubahan kebijakan dan strategi yang mumpuni, ramalan ekonomi IMF bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 hanya 4,7% bisa terjadi.
Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi bakal sulit menembus angka 5% pada tahun ini, apalagi mencapai target pemerintah yang sebesar 5,2%. 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang sebesar 4,7% tampaknya semakin realistis di tengah kondisi global maupun pelemahan daya beli di dalam negeri. 

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam mengamini memang sulit untuk mencapai 5%. Tanpa adanya perubahan kebijakan di tengah ketidakpastian saat ini, semakin sulit pula untuk mencapai target pemerintah. 

“Perekonomian kita akan sangat sulit berada di 5%. Hanya berada di kisaran 4,7% hingga 4,8% atau bahkan lebih rendah apabila gejolak global itu semakin memburuk dan kita tidak melakukan respons kebijakan secara tepat,” ujarnya dalam diskusi IMF Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025-2026 Hanya 4,7%: Indonesia Bisa Apa?, Senin (28/4/2025). 

Piter memandang saat ini kebijakan pemerintah menjadi kunci akan keberhasilan pertumbuhan ekonomi untuk dapat tetap di atas 5% atau tidak.

Menurutnya, apabila pemerintah benar-benar tepat mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi dan mampu menetapkan kebijakan yang sesuai atas permasalahan yang ada, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dan juga tahun tahun mendatang dapat lebih tinggi atau sesuai target pemerintah. 

Sebaliknya, apabila pemerintah tidak mengambil kebijakan yang tepat, sulit untuk mengubah tren perlambatan ekonomi. 

Meski demikian, menurutnya proyeksi IMF lebih didasarkan kepada kondisi saat ini, belum mempertimbangkan kemungkinan perubahan kebijakan yang bisa diambil oleh pemerintah. 

Dari sudut pandang ini, Piter melihat ada kemungkinan target pertumbuhan ekonomi 5,2% dari pemerintah dapat lebih realistis, karena pemerintah yang tahu kebijakan apa yang akan diambil ke depan. 

Bahkan, jika pemerintah mengambil langkah untuk belajar dari kesalahan tahun ini kemudian mengubah kebijakannya tahun depan, pemerintah masih mampu mencapai target pertumbuhan 8% pada 2029 yang diiringi dengan penurunan tingkat kemiskinan.

“Tapi kalau pemerintah sendiri juga tidak tahu apa yang akan dikerjakan kedepan, proyeksi IMF bisa lebih realistis,” lanjut Piter. 

Pada diskusi yang sama, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute of Development on Economics and Finace (Indef) Rizal Taufikurahman menilai proyeksi IMF yang cukup pesimistis tersebut menunjukkan adanya tantangan berat untuk mengungkit perekonomian Indonesia. 

Padahal, tahun ini menjadi ujung tombak menyukseskan target pertumbuhan ekonomi pemerintah di angka 8%.

“Karena kalau tahun ini tidak di atas target pertumbuhan ekonomi, rasanya tahun depan juga tantangannya semakin besar  untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan,” tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pemerintah belum melakukan revisi pertumbuhan ekonomi 2025 yang sebesar 5,2%, di tengah proyeksi pelemahan ekonomi global akibat tarif Trump.

Meski Sri Mulyani sempat menyampaikan bahwa tarif Trump dapat memangkas 0,5% pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi dirinya masih akan menunggu pertengahan tahun.  

Pada periode itu, pemerintah baru akan memperbarui proyeksi atau outlook dari postur APBN ketika Laporan Semester dipaparkan di depan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

“Kami akan lihat nanti apakah target dari asumsi pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,2% mengalami deviasi,” ujarnya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper