Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi AS Kuartal I/2025 Tersandung Kebijakan Tarif Trump

PDB AS pada kuartal I/2025 terkontraksi 0,3% (YoY) akibat lonjakan impor dan lemahnya belanja konsumen.
Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang telah ditandatangani saat pengumuman tarif di Rose Garden, Gedung Putih, Washington, DC, AS, pada hari Rabu (2/4/2025). Trump memberlakukan tarif pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg
Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang telah ditandatangani saat pengumuman tarif di Rose Garden, Gedung Putih, Washington, DC, AS, pada hari Rabu (2/4/2025). Trump memberlakukan tarif pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Amerika Serikat pada kuartal I/2025 melambat untuk pertama kalinya sejak 2022. Pelemahan diyakini terjadi kebijakan agresif tarif impor dan pelemahan konsumsi.

Dikutip Bloomberg pada Rabu (30/4/2025), capaian produk domestik bruto (PDB) yang disesuaikan dengan inflasi menurun sebesar 0,3% (year-on-year/YoY) sepanjang Januari-Maret 2025, jauh di bawah kuartal I/2024 sebesar 2,4% (YoY).

Perlambatan ekonomi disebabkan oleh melonjaknya impor karena perusahaan ingin menghindari tarif baru. Alhasil, kinerja ekspor terpangkas hingga 5 poin persentase dari PDB.

Impor melonjak 41,3% per tahun, kenaikan terbesar dalam hampir lima tahun. Sejumlah ekonom melihat pelebaran tajam defisit perdagangan akan berbalik pada kuartal II/2025.

Namun, pemulihan kinerja dagang tidak akan mudah lantaran ada potensi bahwa bea masuk yang lebih tinggi akan menyebabkan guncangan pasokan sehingga memangkas permintaan.

Tarif balasan juga akan menghambat ekspor , menciptakan situasi yang sulit untuk sisa tahun ini, hingga membuat peluang terjadinya resesi makin terbuka.

"Ketidakpastian yang korosif dan pajak yang lebih tinggi — tarif adalah pajak atas impor — akan menyeret pertumbuhan PDB kembali ke titik minus pada akhir tahun ini," ujar kepala ekonom di High Frequency Economics Carl Weinberg, dalam sebuah catatan.

Sementara itu, belanja masyarakat tercatat 1,8%, menjadi yang terlemah sejak pertengahan 2023, meski melampaui perkiraan para ekonom.

Dari data terpisah, belanja konsumen yang disesuaikan dengan inflasi naik 0,7% bulan lalu, lebih tinggi dari yang diperkirakan analis.

Para ekonom juga melihat tarif membebani pengeluaran modal dunia usaha di mana optimisme telah menyusut bahwa jalan ke depan bagi konsumen akan penuh tantangan.

Tak hanya belanja konsumen, belanja pemerintah juga turun 1,4%, penurunan pertama sejak 2022. Penurunan utamanya dipicu oleh pemangkasan belanja hingga 8% untuk kebutuhan pertahanan. Hal itu seiring dengan keputusan Trump menghentikan sementara bantuan militer untuk Ukraina bulan lalu.

Ketidakpastian atas dampak tarif terhadap inflasi dan ekonomi secara keseluruhan telah menempatkan Federal Reserve (The Fed) dalam posisi yang sulit.

Para pembuat kebijakan moneter mungkin tidak akan terburu-buru untuk menurunkan suku bunga hingga mereka memperoleh kejelasan lebih lanjut tentang apa arti kebijakan Gedung Putih bagi ekonomi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nindya Aldila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper