Bisnis.com, JAKARTA - Ekspansi sektor manufaktur di China menunjukkan perlambatan per April 2025.
Pada awal kuartal kedua ini, manufaktur China mencatatkan penurunan pesanan ekspor baru sebagai dampak kebijakan tarif impor Amerika Serikat.
Survei IHS Markit mencatat Purchasing Managers’ Index (PMI) China yang disesuaikan secara musiman berada pada level 50,4 pada April, turun dari 51,2 pada bulan Maret.
Meski masih sedikit di atas level ekspansi, kondisi ini menyebabkan hanya ada sedikit tambahan pekerjaan baru. Akibatnya, pertumbuhan produksi juga melambat pada bulan tersebut.
Wang Zhe, Senior Economist dari Caixin Insight Group menyebut prospek pasar yang suram membuat kepercayaan bisnis dan konsumen menurun, sehingga semakin sulit untuk meningkatkan permintaan domestik. "Efek berantai dari kebuntuan [negosiasi] tarif China-AS yang sedang berlangsung akan terasa secara bertahap pada kuartal kedua dan ketiga. Karena itu, para pembuat kebijakan harus bersiap dengan baik, dengan tindakan yang diambil lebih cepat daripada nanti,” katanya dikutip dari rilis IHS Markit, Kamis (1/5/2025).
Sementara itu, dalam risetnya, IHS Markit mencatat manufaktur China telah menurunkan tingkat persediaan karena menurunya optimisme bisnis ini. Dampaknya, PHK kembali mengemuka.
Baca Juga
Di pasar, harga bahan baku turut menurun seiring kecemasan perlambatan. Para produsen bahan baku memilih menurunkan harga jual agar para pemilik pabrik dapat terus bersaing di tengah gempuran tarif tinggi AS.
PMI China pada April ini sekaligus yang terendah sejak Januari lalu. Meskipun demikian, ini menandai bulan ketujuh berturut-turut di mana indeks berada pada level ekspansi yakni angka di atas netral 50,0 untuk menandakan perbaikan dalam kondisi sektor manufaktur.
Sebagai konteks, IHS Markit menggunakan nilai 50 sebagai kondisi netral. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi, sedangkan sebaliknya di bawah 50 terjadi perlambatan manufaktur.
Meski indeks perlahan melemah, pemilik perusahaan manufaktur di China mempertahankan prospek optimis di tengah harapan bahwa pengembangan produk baru dan kebijakan pemerintah yang mendukung dapat memacu penjualan di tahun mendatang. Meski demikian, keyakinan bisnis merosot ke posisi terendah ketiga sejak seri ini dimulai pada April 2012 (tepat di belakang September 2024 dan Juni 2019), karena kekhawatiran atas dampak negatif ketidakpastian perdagangan.
Data April juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan aktivitas pembelian melambat. Peningkatan pembelian bahan baku yang lebih lambat dan keengganan di antara perusahaan untuk menyimpan inventaris tambahan di tengah kondisi permintaan yang lebih lemah menyebabkan penurunan stok pembelian pada bulan April.