Bisnis.com, JAKARTA — Target pertumbuhan ekonomi 5,2% pada tahun ini tampak menantang untuk bisa tercapai setelah ekonomi kuartal I/2025 hanya tumbuh 4,87%. Masih mungkinkah cita-cita tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto tercapai?
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual melihat akan sulit pemerintah mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 5,2% secara tahunan (year on year/YoY) pada 2025.
Menurutnya, untuk menyentuh 5% (YoY) pun, perlu percepatan belanja pemerintah yang pada kuartal pertama ini mengalami kontraksi.
“Dengan upaya keras percepatan belanja pemerintah terutama yang terkait program flagship pemerintah diharapkan semester II/2025 bisa lebih baik,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (5/5/2025).
Data BPS mencatat konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 1,38% (YoY), lebih rendah dari kuartal IV/2024 yang tumbuh 4,17%, bahkan dari kuartal I/2024 yang sebesar 19,9%.
Adanya belanja pemerintah yang cukup besar pada awal tahun lalu lebih disebabkan karena penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu). Berbeda dengan tahun ini yang tidak mengandung momen lima tahunan tersebut.
Baca Juga
David turut menilai apabila ketegangan akibat perang tarif tak kunjung mereda pada sisa tahun ini, cita-cita pertumbuhan ekonomi 5% maupun 5,2% akan sulit tercapai.
Untuk diketahui, pertumbuhan 4,87% (YoY) ini menjadi yang terendah sejak kuartal III/2021.
Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam, meskipun pertumbuhan kuartalan jauh di bawah target, pertumbuhan ekonomi 2025 masih dapat dipacu hingga 5,2%.
“Dengan syarat ada perubahan kebijakan yang cukup mendasar yang mampu mengembalikan daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (5/5/2025).
Selain itu, butuh kebijakan moneter yang lebih longgar didukung kebijakan fiskal yang juga lebih ekspansif. Tidak hanya sekedar menurunkan suku bunga acuan, tetapi operasi moneter yang juga lebih ekspansif untuk mendorong bank-bank menyalurkan kredit.
Piter menyampaikan bahwa perlambatan pertumbuhan jelas menggambarkan kondisi perekonomian indonesia yg membutuhkan dukungan kebijakan.
“Gejolak global menambah tekanan terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah perlu meresponse kondisi ini secara tepat agar perekonomian Indonesia bisa kembali tumbuh sesuai target pemerintah,” lanjutnya.
Terpisah, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa saat ini pemerintah masih optimistis terhadap targetnya di angka 5%.
Meski demikian, rasa optimistis tersebut hanya berlaku selagi menanti keputusan Indonesia dan AS di masa 90 hari penundaan tarif.
Sementara belum ada kepastian terkait pertumbuhan ekonomi setelah keputusan nanti dibuat.
“Optimistisya kita masih optimistis [pertumbuhan ekonomi 2025 capai 5%] karena kita masih melihat 90 hari ke depan,” ujarnya kepada wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (5/5/2025).