Pemerintahan Trump telah mendapat tekanan dari para investor untuk membuat kesepakatan guna meredakan perang tarifnya setelah kebijakan Trump yang sering kali kacau telah mengacaukan perdagangan global dengan kawan maupun lawan, yang mengancam akan memicu inflasi dan memulai resesi.
Namun, tantangan terbesarnya adalah menyelesaikan embargo perdagangan virtual antara AS dan China, dengan tarif masing-masing sebesar 145% dan 125% di masing-masing pihak.
Para pejabat AS dan China akan mengadakan pembicaraan di Swiss pada hari Sabtu (10/5/2025) besok. Trump mengatakan pembicaraan ini akan bersifat substantif, lebih dari sekadar pemecah kebekuan, dan bahwa ia tahu bahwa tingkat tarif tersebut akan turun.
Kelompok Bisnis Inggris-Amerika menyatakan kekecewaannya karena kesepakatan itu tetap memberlakukan tarif 10% Trump untuk banyak produk, termasuk mobil, yang meningkatkan biaya bagi eksportir Inggris. Mereka berharap kesepakatan itu akan menjadi awal dari integrasi perdagangan AS-Inggris yang lebih dalam, termasuk pada ekonomi digital.
Duta Besar Inggris untuk AS, Peter Mandelson, setuju dan mengatakan kesepakatan itu hanya langkah pertama untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan antara kedua sekutu.
Sementara itu, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menambahkan kesepakatan itu akan memberikan peluang ekspor baru yang potensial bagi produsen Amerika senilai US$5 miliar per tahun. Sementara tarif yang lebih tinggi akan menghasilkan pendapatan tahunan AS sebesar US$6 miliar.