Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rilis Data Ekspor Impor Ditunda, Konsensus Ramal Neraca Dagang Surplus 60 Bulan Beruntun

Tren surplus neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan masih akan kembali berlanjut untuk bulan ke-60 secara beruntun.
Surya Dua Artha Simanjuntak, Annasa Rizki Kamalina
Kamis, 15 Mei 2025 | 11:59
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA —  Tren surplus neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan masih akan kembali berlanjut pada April 2025, meski nilainya menurun. Artinya, surplus neraca dagang Indonesia masih akan berlanjut hingga 60 bulan secara beruntun.

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mengubah pengumuman data bulanan ekspor impor dan neraca perdagangan yang sedianya dilakukan hari ini, Kamis (15/5/2025) pukul 11.00 WIB.

Berdasarkan konsensus 16 ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan pada Maret 2025 diproyeksikan sebesar US$2,73 miliar.

Hanya saja, jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi neraca dagang bulan sebelumnya atau pada Maret 2025 senilai US$4,33 miliar.

Estimasi tertinggi dikeluarkan oleh ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra dengan nominal US$4,69 miliar. Sebaliknya, estimasi terendah diberikan oleh ekonom Pantheon Macroeconomic Miguel Chanco dengan angka US$650 juta.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memproyeksikan neraca perdagangan pada April 2025 akan mengalami surplus sebesar US$2,45 miliar.

Menurutnya, ekspor akan meningkat 3,57% secara tahunan (year on year/YoY) namun turun 12,61% secara bulanan (month on month/MoM). Sejalan, impor diperkirakan naik 5,73% secara tahunan tetapi turun 5,58% secara bulanan.

"Terms of trade melambat karena harga komoditas ekspor banyak yang turun terutama gas, metal [nickel, copper, tin], perkebunan [CPO, karet, kopi] lebih tajam dibandingkan komoditas impor [minyak, gandum yang turun]," jelas David kepada Bisnis, Rabu (14/5/2025).

Dia menilai penurunan ekspor dan impor secara bulanan itu terjadi karena faktor musiman pasca Lebaran. Alasannya, hari kerja lebih sedikit dan impor lebih banyak pada Ramadan atau bulan sebelumnya.

Sebaliknya, sambung David, nilai ekspor dan impor naik secara tahunan karena efek basis yang cenderung sangat rendah pada April tahun lalu.

BPS Ubah Jadwal Rilis

Sementara itu, Biro Humas dan Hukum BPS pada Kamis (15/5) menyampaikan bahwa terjadi perubahan jadwal rilis perkembangan ekspor dan impor. 

“Dalam rangka meningkatkan kualitas data, Badan Pusat Statistik [BPS] akan merilis angka tetap perkembangan Ekspor Impor di setiap awal bulan,” ujar Biro Humas dan Hukum BPS dalam keterangan resminya.

Humas menyampaikan bahwa perubahan ini sebagai bentuk komitmen BPS untuk menghadirkan data yang berkualitas dengan tidak lagi merilis Angka Sementara perkembangan ekspor impor yang biasanya dikeluarkan setiap tengah bulan.

“Dengan demikian, pengguna data langsung memperoleh angka tetap kinerja ekspor dan impor untuk dimanfaatkan lebih lanjut,” tutupnya. 

Artinya, data ekspor impor BPS akan rilis bersamaan dengan perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) alias inflasi pada setiap awal bulan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper