Bisnis.com, JAKARTA — Dalam dunia yang semakin terhubung, konsep kewirausahaan (entrepreneurship) telah memunculkan berbagai bentuk dan model yang menarik. Salah satunya adalah lifestyle entrepreneurship.
Lifestyle entrepreneurship merupakan sebuah pendekatan di mana individu membangun bisnis yang selaras dengan gaya hidup pribadi mereka. Konsep ini memungkinkan para individu tak hanya mengejar keuntungan finansial, tapi juga memiliki kehidupan yang menyenangkan dan berarti.
Sebelum kita bahas lebih jauh mengenai lifestyle entrepreneurship, mari kita samakan pemahaman kita mengenai kewirausahaan. Ada banyak definisi mengenai kewirausahaan. Nason dan Wiklund (2018), misalnya, menyatakan bahwa kewirausahaan adalah suatu aktivitas penciptaan usaha yang dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan kekayaan.
Bacq dan Lumpkin (2021) memperluas ranah kewirausahaan ke penciptaan nilai sosial. Artinya, kewirausahaan tak hanya untuk mendapatkan keuntungan semata, tapi juga agar para wirausaha dapat terlibat dalam aktivitas yang mereka anggap bermanfaat bagi masyarakat.
Kalau begitu, apa itu lifestyle entrepreneurship? Ivanycheva dan kawan-kawan (2024) mendefinisikannya sebagai penciptaan usaha baru agar para wirausaha dapat terlibat dalam aktivitas yang menurut mereka bermanfaat dan/atau agar mereka dapat tinggal di lokasi yang mereka inginkan.
Dengan kata lain, lifestyle entrepreneurship adalah sebuah model bisnis dimana para wirausaha tak hanya menghasilkan uang, tapi juga mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Orientasi mereka adalah bekerja di bidang yang mereka cintai dan menyelaraskan pekerjaan mereka dengan kehidupan pribadi mereka.
Baca Juga
Hal ini berarti para wirausaha memiliki jadwal kerja yang fleksibel, memilih lokasi kerja yang nyaman, atau menghindari tekanan yang sering terkait dengan pertumbuhan bisnis yang cepat.
Meski terkesan santai, namun hasilnya luar biasa. Kalau kita perhatikan sekeliling kita, saat ini bermunculan hotel-hotel butik. Ini bukan hotel besar, dan bahkan menyerupai rumah, yang dirancang sedemikian rupa agar menciptakan suasana yang tenang dan nyaman, jauh dari hiruk pikuk hotel-hotel besar.
Di negara kakek Donald sana, hotel-hotel butik ini mampu menghasilkan US$100 miliar pada 2022 saja, dan diperkirakan akan tumbuh antara 6% hingga 9% per tahun selama 10 tahun ke depan. Suatu angka di atas pertumbuhan ekonomi autopilot Indonesia, dan sebagian di antara hotel-hotel tersebut malah akan memiliki angka pertumbuhan usaha di atas angka pertumbuhan ekonomi yang menjadi target pemerintahan Presiden Prabowo. Apa ini tidak luar biasa?
Untung dari Gaya Hidup
Satu hal yang menjadi pertanyaan, bagaimana menghasilkan cuan dari gaya hidup? Langkah pertama tentu saja mengenali apa yang kita cintai dan keterampilan apa yang kita miliki. Ini bisa mencakup hobi, pengalaman profesional, atau pengetahuan khusus yang dapat dijadikan produk atau layanan.
Langkah kedua adalah kita tengok dan kenali pasar. Apakah ada permintaan untuk produk atau layanan yang ingin kita tawarkan? Siapa pesaing kita, dan apa yang membedakan kita dari mereka? Apapun yang kita tawarkan, harus menjadi solusi bagi konsumen.
Mengenali pasar adalah kunci untuk sukses. Langkah berikutnya adalah membuat rencana bisnis. Meskipun lifestyle entrepreneurship cenderung fleksibel, memiliki rencana bisnis yang sederhana tetap penting. Rencana ini tak harus rumit, tetapi harus mencakup visi, tujuan, dan strategi yang jelas.
Lalu, kita sering mendengar kata-kata small is beautiful, demikian pula halnya dengan lifestyle entrepreneurship. Artinya, kita tak harus memulai usaha dengan sesuatu yang besar, bahkan di awal-awal usaha, kita tak perlu langsung meninggalkan pekerjaan utama kita untuk memulai bisnis.
Kita mulai bisnis kita sebagai usaha sampingan, sehingga akan memberikan kita waktu untuk menyesuaikan diri dan belajar tanpa mengambil risiko yang terlalu besar. Saat ini eranya media sosial, maka jangan enggan dan malu untuk berbisnis menggunakan media sosial. Media sosial menjadi medium yang sangat kuat untuk mempromosikan bisnis kita.
Ada beberapa platform yang dapat kita manfaatkan, seperti Instagram, Facebook, dan TikTok, untuk memperkenalkan produk atau layanan kita kepada audiens yang lebih luas. Melalui media sosial, kita diharapkan dapat menciptakan ekosistem untuk produk atau layanan kita.
Ekosistem ini tak hanya terdiri dari konsumen, tapi juga pemasok, distributor, dan asosiasi pengusaha yang notabene sebagian diantaranya adalah pesaing kita. Menjalin hubungan dengan mereka dapat memperkuat bisnis kita dan memberikan dukungan yang diperlukan.
Walaupun terlihat menarik, lifestyle entrepreneurship juga membawa tantangan tersendiri. Tantangan ini terkait ketakpastian keuangan, terutama di awal.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki cadangan dana dan perencanaan keuangan yang baik. Tantangan berikutnya adalah batasan yang sumir antara kerja dan kehidupan pribadi. Ini adalah risiko terbesar menjadi life entrepreneur karena kita juga bekerja dari rumah. Membangun keseimbangan diantara keduanya dan menetapkan batasan sangat penting. Tantangan ketiga adalah kemandekan kreativitas. Lifestyle entrepreneurship merupakan usaha yang cenderung didasarkan pada kreativitas.
Meski kita melakukan apa yang kita cintai, namun tetap saja sebagai manusia, pada waktu-waktu tertentu kita merasa jenuh dan lelah, baik secara mental maupun fisik. Oleh karena itu, kita perlu mengelola aktivitas dan emosi kita dengan baik untuk menjaga gairah dan kreativitas kita agar tetap hidup.
Salah satu caranya adalah dengan melakukan hal-hal baru dan terus belajar.
Seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya, potensi lifestyle entrepreneurship untuk maju dan berkembang cukup besar. Hal ini sejalan dengan fakta bahwa saat ini semakin banyak platform online, seperti Etsy, Shopee dan Tokopedia, yang memungkinkan kita untuk menjual produk atau layanan secara langsung kepada konsumen tanpa membutuhkan toko fisik.
Kemajuan teknologi digital juga memungkinkan kita untuk berbagi ilmu sekaligus menghasilkan pendapatan secara daring.
Kita lihat saat ini begitu banyak penawaran kelas daring dan webinar. Dengan teknologi digital, kita dapat pula bekerja jarak jauh (remote atau work from anywhere) sehingga kita dapat memenuhi kebutuhan konsumen di mana pun kita dan mereka berada.
Selain secara jarak jauh, lifestyle entrepreneurship dapat tercipta secara tatap muka. Kita lihat, misalnya, bagaimana jasa open trip berkembang di negara kita sejalan dengan meningkatnya gairah untuk berwisata ke lokasi, daerah atau negara yang eksotis namun jarang dikunjungi oleh wisatawan.
Mereka yang menawarkan jasa open trip adalah para pemandu wisata yang berpengalaman yang memiliki kegemaran traveling. Lalu ada juga jasa personal trainer yang memandu kita memperoleh bentuk tubuh yang atletis dengan berlatih di pusat kebugaran.
Kemudian ada juru-juru masak profesional yang menawarkan jasa untuk memasak makanan sesuai keinginan konsumen di rumah ataupun di kantor.
Contoh-contoh di atas menunjukkan begitu luasnya spektrum lifestyle entrepreneurship karena pada dasarnya melibatkan kecintaan, gairah, atau harapan tak hanya para wirausaha tapi juga konsumen. Kecintaan, gairah, atau harapan kedua pihak bertemu, dan jadilah sebuah bisnis.
Konsumen yang cinta traveling, misalnya, bertemu dengan wirausaha yang cinta hal serupa, maka jadilah bisnis berwisata melibatkan keduanya.
Tumbuhnya lifestyle entrepreneurship dapat menjadi kunci pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029 mengingat lebih dari 50% pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi. Lifestyle entrepreneurship, dengan dengan beragam bentuknya, dapat memainkan peran penting dalam mendorong peningkatan konsumsi masyarakat.
Dengan adanya lifestyle entrepreneurs, konsumen rela merogoh kocek mereka lebih dalam untuk memuaskan keinginan mereka.