Bisnis.com, PONTIANAK — Kementerian Pertanian (Kementan) melaporkan hingga akhir Mei 2025, sebanyak 196 pelaku usaha menyatakan komitmennya untuk mendatangkan sekitar 1 juta ekor sapi perah dalam kurun lima tahun ke depan. Ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menggenjot produksi susu domestik.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda menyampaikan, sejak awal 2025, Kementan telah menginisiasi pelibatan sektor swasta untuk mendukung program percepatan produksi susu dan daging nasional.
“Hingga akhir Mei 2025, sebanyak 196 pelaku usaha menyatakan komitmen mendatangkan hampir satu juta ekor sapi perah dalam kurun lima tahun ke depan,” kata Agung dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (2/6/2025).
Agung mengatakan, saat ini sebanyak 9.736 ekor sapi impor asal Australia sudah masuk ke Indonesia secara bertahap, baik melalui jalur laut dan udara.
Adapun untuk mendukung pengembangan peternakan sapi perah skala besar, dibutuhkan lahan seluas 1,45 juta hektare. Pemerintah juga mendorong model kemitraan antara investor dan peternak rakyat agar distribusi manfaat ekonomi lebih merata.
Agung menuturkan, langkah strategis ini diperkuat dengan masuknya program percepatan produksi susu dan daging sebagai salah satu dari 77 proyek strategis nasional atau PSN dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. Proyek ini akan dilaksanakan di 29 lokasi di berbagai provinsi.
Baca Juga
Selain itu, pemerintah telah menyiapkan regulasi tambahan guna mendukung keberlanjutan sektor persusuan. Regulasi itu diantaranya mewajibkan industri pengolahan susu menyerap susu segar dalam negeri, merevisi regulasi terkait lokasi sentra sapi perah, dan membentuk rumah susu sebagai pusat hilirisasi yang mampu menyuplai susu pasteurisasi untuk kebutuhan program gizi.
Di sisi lain, Agung mengungkap bahwa konsumsi susu masyarakat Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan konsumsi susu nasional sekitar 16,1 liter per kapita per tahun.
“Angka ini jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Brunei Darussalam yang mencapai 70 liter per kapita per tahun,” ujarnya.
Meski menghadapi tantangan seperti dampak penyakit mulut dan kuku (PMK) serta rendahnya minat generasi muda terhadap profesi peternak, pemerintah optimistis penguatan sistem persusuan nasional akan mampu berkontribusi besar terhadap peningkatan ketahanan pangan dan kualitas hidup masyarakat.
“Kita perlu menjadikan susu sebagai bagian dari gaya hidup sehat bangsa. Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, peternak, dan masyarakat sangat krusial,” pungkasnya.