Bisnis.com, JAKARTA — Tsingshan Holding Group Co buka suara dan mengonfirmasi terkait kabar pemangkasan produksi baja tahan karat (stainless steel) di smelternya yang berlokasi di kawasan industri nikel, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah.
Global Sales Head Eternal Tsingshan Group Ltd Steven Chen mengatakan kondisi tersebut tak lepas dari harga stainless steel yang belakangan ambrol di China maupun di Indonesia.
Perusahaan asal Negeri Tirai Bambu itu pun mengaku lebih memilih untuk ekspor stainless steel ke pasar global lain dibandingkan ekspor ke China itu sendiri.
“Seperti saya katakan bahwa margin [industri smelter] terus menurun beberapa bulan terakhir, sejak akhir tahun lalu. Banyak smelter dan pemain di luar sana yang sedang berjuang dengan isu ini,” kata Chen dalam agenda Indonesia Critical Minerals Conference 2025, Rabu (4/6/2025).
Dia pun membenarkan bahwa pasar selain China masih terbilang bagus, sementara ekspor stainless steel dari produksi Indonesia ke China sendiri hanya berkisar 29% dari total ekspor.
Lebih lanjut, Chen juga menyinggung potensi pemangkasan lini produksi nickel pig iron (NPI) dengan kondisi harga jual dan margin keuntungan yang terus tertekan.
Baca Juga
“Itu tergantung, katakanlah jika margin terus menipis, kami akan melihat kemungkinan perluasan pemangkasan atau bahkan penutupan sementara produksi di lini-lini operasi yang lebih kecil. Menurut saya dalam waktu yang tidak lama lagi,” pungkasnya.
Ditemui terpisah, Direktur Riset Nikel dan Energi Baru Tsingshan Lynn mengatakan pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut mengenai kondisi perusahaan dan angka pemangkasan produksi.
Lynn menuturkan bahwa produksi NPI di Indonesia secara keseluruhan masih terbilang stabil dengan proyeksi sebanyak 1,74 juta ton tahun ini. Namun, dia tak memberikan angka rinci dari produksi Tsingshan.
Sebelumnya, laporan dari Bloomberg menyatakan bahwa Tsingshan menghentikan beberapa lini produksi baja di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah mulai Mei 2025 ini.
Berdasarkan keterangan orang yang mengetahui masalah tersebut, langkah itu diambil demi menjadi harga baja tahan karat yang mencapai titik terendah dalam 5 tahun terakhir pada April 2025.
Fasilitas produksi yang ditangguhkan telah dimasukkan dalam masa pemeliharaan tanpa batas waktu yang jelas. Selain itu, kurangnya bahan baku juga disebut telah menyebabkan penutupan pabrik penggilingan di Morowali.
Macquarie mencatat China dan Indonesia memproduksi 71% baja tahan karat dunia. Namun, perlambatan ekonomi China telah menekan permintaan, sementara ekspor dari kedua negara terancam oleh kebijakan tarif pemerintahan Presiden AS Donald Trump.