Bisnis.com, JAKARTA - Dunia tengah memasuki babak baru perekonomian global, bergeser dari kapitalisme dan sosialisme menuju the age of ambition era persaingan ketat antarnegara yang ambisius dalam mencapai dominasi ekonomi. Dalam situasi yang sarat ketidakpastian ini, gagasan-gagasan ekonom legendaris Indonesia, Prof. Sumitro Djojohadikusumo, kembali relevan dan penting untuk dijadikan pijakan.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, menegaskan bahwa dunia saat ini menghadapi risiko resesi dan depresi akibat ambisi ekonomi negara-negara besar. Dalam menghadapi tantangan tersebut, ia menyebut pemikiran Sumitro sebagai warisan intelektual yang layak dikaji ulang.
“Berbagai pemikiran begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo masih relevan membantu Indonesia bertahan di tengah ketidakpastian. Tiga Begawan Ekonomi Indonesia Dorodjatun menyebut Sumitro merupakan salah satu dari tiga orang yang layak disebut sebagai begawan ekonomi Indonesia dan bisa diteladani pemikiran-pemikirannya hingga kini,” ujar Dorodjatun saat menyampaikan pidato kunci dalam Simposium Nasional “Sumitronomics dan Arah Ekonomi Indonesia”, yang diselenggarakan Katadata dengan dukungan Ikatan Alumni FEB UI di Jakarta, Selasa (3/6).
Menurut Dorodjatun, kekuatan pemikiran Sumitro terletak pada kelengkapan aspek yang ditawarkannya: filosofi, visi, dan misi pembangunan ekonomi; teori ekonomi yang solid; pendekatan analisis yang tajam; hingga formulasi kebijakan berbasis kepentingan rakyat. Gagasan tentang ekonomi kerakyatan yang beliau usung sejak masa awal kemerdekaan hingga kini terus diperjuangkan dalam berbagai bentuk kebijakan.
Senada dengan itu, Dekan FEB UI, Teguh Dartanto, Ph.D., menyebut bahwa gagasan Sumitro tidak hanya relevan pada masa lalu, tetapi juga untuk masa kini dan masa depan. Ia menyoroti kesesuaian ide-ide Sumitro dengan arah kebijakan saat ini, seperti hilirisasi sumber daya alam dan proteksionisme terukur yang dijalankan pemerintah.
“Perlu ada ketulusan untuk menggali pemikiran-pemikiran Sumitro untuk menemukan solusi nyata bagi kondisi perekonomian saat ini, sebagai modal di masa depan,” ujar Teguh dalam sambutannya.
Kemudian, CEO & Co-Founder Katadata, Metta Dharmasaputra, menjelaskan bahwa simposium ini digagas untuk memahami secara lebih mendalam arah kebijakan ekonomi Presiden Prabowo Subianto yang dinilai banyak pihak berakar dari warisan pemikiran ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo.
“Yang saat ini menjadi perbincangan dengan segala kontroversinya lebih kepada program- program mulai dari MBG (Makan Bergizi Gratis), program tiga juta rumah, sekolah rakyat, hingga Koperasi Merah Putih. Tapi, belum ada diskusi mendalam dasar keilmuan dan pendekatan ekonominya,” pungkas Metta.
Melalui simposium ini, diharapkan masyarakat dapat melihat kembali nilai-nilai strategis dalam pemikiran Sumitro Djojohadikusumo, dan menjadikannya sebagai referensi untuk mengarahkan ekonomi Indonesia ke depan.