Bisnis.com, JAKARTA - Pasar pesawat baling-baling dinilai masih cukup menjanjikan dalam 20 tahun ke depan. Hal tersebut terungkap di sela-sela ajang Paris Air Show 2025 yang digelar di Bandar Udara Paris Le Bourget, Prancis.
Petinggi pabrikan pesawat asal Prancis dan Italia, Aerei da Trasporto Regionale (ATR) memberikan pandangan terbaru terkait pasar pesawat baling-baling turboprop pada Rabu (18/6/2025) di ajang tersebut.
ATR menggarisbawahi permintaan yang kuat akan konektivitas yang efisien dan rendah emisi, yang memproyeksikan kebutuhan global akan mencapai 2.100 pesawat penumpang dan 500 pesawat kargo selama 20 tahun ke depan.
Oleh sebab itu, manajemen ATR memandang bahwa penggantian armada akan menjadi pendorong utama, dengan enam dari setiap 10 pengiriman pesawat turboprop baru menggantikan pesawat lama, lantaran operator memprioritaskan efisiensi dan profitabilitas.
SVP Komersial ATR Alexis Vidal mengungkapkan bahwa seri ATR-600 lebih dari sekadar pesawat regional yang paling hemat bahan bakar, tetapi juga merupakan kunci untuk operasi yang rendah emisi dan menguntungkan di pasar yang terus berkembang.
Dia mengatakan bahwa dengan penghematan biaya operasi per pesawat hingga US$25 juta selama dekade berikutnya dibandingkan dengan jet regional berukuran serupa, pesawat ATR memberdayakan operator untuk berkembang sambil mengurangi jejak lingkungan mereka.
"Momentum di balik turboprop ATR tidak dapat disangkal, maskapai penerbangan memanfaatkan kemampuan kami untuk menghadirkan konektivitas regional yang bertanggung jawab tanpa mengorbankan profitabilitas, memastikan bahwa masyarakat tetap terhubung, di daerah paling terpencil di dunia,” jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (20/6/2025).
Oleh sebab itu, ATR terus berkembang dengan penyempurnaan produk yang akan makin mengurangi biaya perawatan langsung, meningkatkan ketersediaan pesawat, dan meningkatkan keuntungan bagi operator. Hal ini dipandang dapat memastikan pesawat ATR tetap kompetitif, hemat biaya, dan andal, serta mendukung maskapai penerbangan saat mereka mengarungi pasar yang kompleks dan terus berkembang.
Perusahaan juga berkolaborasi dengan pabrikan mesin pesawat Pratt & Whitney untuk memajukan propulsi generasi berikutnya sehingga dapat mendorong efisiensi dan berkelanjutan dalam penerbangan regional. ATR 72-600 juga telah melampaui persyaratan regulasi terkait sertifikasi CS-CO2 dari European Union Aviation Safety Agency (EASA).
CEO ATR Nathalie Tarnaud Laude mengatakan bahwa sertifikasi tersebut bukan sekadar pengakuan atas komitmen ATR, melainkan bukti bahwa perusahaan berada di depan tren. Keberlanjutan, imbuhnya, adalah kebanggaan perusahaan, keunggulan kompetitif perusahaan, dan fondasi dari setiap inovasi yang pihaknya hadirkan di pasar.
"Kami telah memenangkan pesanan baru khususnya karena kredensial keberlanjutan pesawat kami,” katanya.
Pada paruh pertama 2025, ATR memeroleh 30 komitmen pesanan baru, termasuk 19 unit ATR 72-600 dari Uni-AIR dan 11 unit ATR 72-600 dari dua pelanggan yang dirahasiakan. Ini merupakan pesanan terbesar perusahaan sejak 2017. Pesanan tersebut sekaligus menjadi momentum tonggak penjualan 1.900 pesawat sejak awal program dilakukan.
"Tonggak sejarah penjualan 1.900 pesawat sejak awal program ini merupakan tanda kepercayaan yang jelas dari pelanggan kami. Pesawat kami terus membuktikan diri sebagai solusi yang menarik untuk mobilitas udara regional, menawarkan perpaduan yang tepat antara kinerja, efisiensi, dan keandalan, yang dibutuhkan pelanggan kami," jelas Laude.
Dalam kesempatan tersebut, ATR juga mengumumkan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan agregator bahan bakar pesawat berkelanjutan (sustainable aviation fuel/SAF) Ptancis, ATOBA Energy. MoU tersebut bertujuan untuk memperkuat komitmen dalam mempercepat adopsi SAF pada penerbangan regional.
Menurutnya, inisiatif ini bertujuan untuk menyederhanakan akses SAF bagi operator ATR, khususnya mereka yang tidak memiliki opsi pasokan SAF langsung. Area fokus utama kerja sama tersebut meliputi eksplorasi solusi pengiriman fisik untuk menyederhanakan akses, dukungan teknis dan regulasi untuk integrasi SAF yang lancar, dan model keseimbangan massa, yang memungkinkan maskapai penerbangan memperoleh manfaat dari keunggulan lingkungan SAF tanpa memerlukan akses fisik langsung.
“Kami adalah yang pertama menerbangkan pesawat komersial dengan 100% SAF di kedua mesin pada Juni 2022, dan sekarang kami mengambil langkah berikutnya. Kami yakin bahwa tugas kami adalah memfasilitasi adopsi SAF di seluruh jaringan operator kami,” katanya.