Bisnis.com, JAKARTA — Uni Eropa (UE) terus menggenjot pembicaraan dagang dengan Amerika Serikat (AS) menjelang batas waktu penerapan tarif impor hingga 50% yang dijadwalkan berlaku mulai 9 Juli 2025.
Komisioner Ekonomi UE Valdis Dombrovskis mengungkapkan bahwa dialog intensif dengan pihak AS masih berlangsung dan menunjukkan sejumlah kemajuan signifikan.
“Preferensi kami adalah menemukan solusi yang dapat diterima bersama dan meredam ketegangan dagang ini,” ujar Dombrovskis dalam konferensi pers seusai pertemuan menteri keuangan zona euro, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (20/6/2025).
Kendati demikian, Dombrovskis menegaskan bahwa Brussels tak akan tinggal diam jika kesepakatan tak kunjung tercapai.
“UE siap bertindak tegas demi melindungi kepentingan ekonomi dan pelaku usahanya apabila tidak ditemukan solusi yang memadai,” tegasnya.
Ketika dimintai tanggapan soal usulan tarif dasar 10% dari mantan Presiden Donald Trump, Dombrovskis menyatakan bahwa langkah tersebut masih bersifat spekulatif dan belum mencerminkan kondisi perundingan saat ini.
Baca Juga
Jika tenggat 9 Juli benar-benar diberlakukan, hampir seluruh ekspor Uni Eropa ke AS terancam tarif 50%—sebuah lonjakan yang dapat memicu ketegangan dagang lintas Atlantik.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengindikasikan bahwa kesepakatan dagang dengan UE mungkin menjadi salah satu yang terakhir diselesaikan oleh pemerintahan saat ini.
Sebagai respons terhadap kebijakan tarif baja dan aluminium era Trump, Uni Eropa telah menyetujui pengenaan tarif balasan atas produk AS senilai €21 miliar (sekitar US$24,1 miliar). Targetnya jelas: negara bagian AS yang memiliki bobot politik tinggi.
Beberapa produk yang masuk dalam daftar balasan termasuk kedelai dari Louisiana—basis pemilihan Ketua DPR AS Mike Johnson—selain juga produk pertanian, unggas, dan sepeda motor.
Tak berhenti di situ, Brussels juga menyiapkan daftar tambahan tarif atas produk AS senilai €95 miliar sebagai antisipasi terhadap potensi penerapan tarif timbal balik dan bea masuk kendaraan bermotor dari pemerintahan Trump.
Barang-barang yang disasar meliputi pesawat buatan Boeing, mobil buatan AS, hingga minuman bourbon khas Amerika.