Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) memperkuat dukungannya terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berorientasi ekspor, lewat berbagai program pembiayaan, penjaminan, asuransi, hingga jasa konsultasi. Dukungan ini dilakukan untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi UMKM dalam menembus pasar global.
Kepala Departemen SME Advisory Services LPEI, Nilla Meiditha mengatakan tantangan UMKM dalam melakukan ekspor tergolong kompleks, mulai dari minimnya pemahaman terhadap prosedur ekspor hingga kesulitan memenuhi standar internasional.
“Tantangan dari UMKM sebenarnya kalau untuk ekspor cukup kompleks ya, ada dari mereka belum mengetahui prosedur untuk melakukan kegiatan ekspor, serta cara-cara untuk bagaimana mereka bisa memproduksi sesuai dengan standarisasi negara tujuan ekspor masing-masing. Kadang ada kebutuhan sertifikasi dan sebagainya untuk produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM,” kata Nilla ditemui usai pelepasan Jelajah Eskpor 2025 di Wisma Bisnis Indonesia pada Rabu (25/6/2025).
Dia menekankan bahwa kehadiran LPEI bertujuan menjadi solusi terpadu bagi calon eksportir, salah satunya melalui jasa konsultasi. UMKM dapat memperoleh pendampingan untuk memproduksi barang sesuai standar negara tujuan ekspor.
Berdasarkan kajian internal LPEI yang menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan berbagai riset lain, terdapat delapan kelompok produk UMKM yang menjadi prioritas ekspor. Produk-produk tersebut meliputi kopi, kakao, fashion, makanan dan minuman, kemiri, kelapa beserta turunannya, produk perikanan, serta furniture.
Sementara itu, Marketing Intelligence & Leads Management Chief Specialist LPEI, Rini Satriani memaparkan lembaganya memiliki empat tugas utama, yaitu pembiayaan ekspor, penjaminan ekspor, asuransi ekspor, dan jasa konsultasi ekspor.
Baca Juga
“Mandat LPEI itu adalah fill the market gap, artinya adalah mendukung sektor-sektor yang karena kami adalah Eximbank, Eximbank itu secara core function-nya adalah memberikan fasilitas keuangan,” jelas Rini.
Dia menambahkan bahwa LPEI menyasar sektor dan produk dengan risiko yang tidak bisa dilayani oleh perbankan komersial, seperti sektor manufaktur bernilai tambah tinggi serta UMKM ekspor. UMKM, kata dia, menghadapi empat tantangan utama dalam ekspor yaitu kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan konektivitas atau akses pasar.
Tantangan ini sering kali menjadi hambatan dalam menembus pasar global dan memperoleh kepercayaan buyer. LPEI juga menjalankan program coaching seperti Coaching Program for New Exporters (CPNE), Desa Devisa, hingga advisory intensif untuk meningkatkan daya saing dan membuat UMKM menjadi bankable.
Saat ini, hanya sekitar 30% UMKM Indonesia yang dianggap layak memperoleh pembiayaan atau bankable, selebihnya masih terganjal masalah agunan atau kelayakan kredit. Lebih lanjut, Rini menekankan pentingnya pendampingan UMKM agar mampu menjaga kualitas produk demi memastikan pesanan berulang (repeat order) dari buyer internasional.
“Tantangannya adalah akses pasar itu nomor satu, akses pasar menemukan buyer, buyer yang loyal ya, kami bahasakan buyer yang loyal, kalau buyer sekali kemudian engga order lagi itu survival rate-nya akan rendah nih ekspor kita. Nah gimana supaya mereka survive berarti quality-nya harus memuaskan buyer, sehingga buyer akan order lagi,” katanya.