Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS-China Gelar Negosiasi Dagang di Stockholm, Kejar Perpanjangan Gencatan Tarif

AS dan China mengadakan negosiasi dagang di Stockholm untuk memperpanjang gencatan tarif selama tiga bulan, dengan fokus pada penyelesaian sengketa perdagangan dan menjaga kelancaran arus mineral penting.
Peti kemas ditumpuk di geladak kapal kargo One Minato di Port Liberty New York di Staten Island, New York, AS, 2 April 2025./Reuters-Jeenah Moon
Peti kemas ditumpuk di geladak kapal kargo One Minato di Port Liberty New York di Staten Island, New York, AS, 2 April 2025./Reuters-Jeenah Moon
Ringkasan Berita
  • AS dan China mengadakan negosiasi dagang di Stockholm untuk memperpanjang gencatan senjata tarif selama tiga bulan ke depan.
  • Negosiasi ini penting untuk mencegah gangguan rantai pasok global akibat tarif besar yang dapat menyerupai embargo dagang bilateral.
  • Perpanjangan gencatan tarif ini diharapkan membuka jalan bagi pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada akhir tahun.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Pejabat tinggi ekonomi Amerika Serikat dan China menggelar pembicaraan intensif selama lebih dari lima jam di Stockholm, Swedia, pada Senin (28/7/2025) waktu setempat untuk menyelesaikan sengketa perdagangan dan memperpanjang gencatan senjata tarif selama tiga bulan ke depan.

Melansir Reuters pada Selasa (29/7/2025), Menteri Keuangan AS Scott Bessent memimpin delegasi Washington yang tiba di kantor Perdana Menteri Swedia, Rosenbad, pada siang hari. Wakil Perdana Menteri China He Lifeng juga terlihat menghadiri pertemuan tersebut berdasarkan rekaman video yang beredar.

Delegasi dari kedua negara terlihat meninggalkan lokasi sekitar pukul 20.00 waktu setempat tanpa memberikan keterangan kepada media. Pembicaraan dijadwalkan berlanjut pada Selasa (29/7/2025).

Presiden AS Donald Trump menyinggung pembicaraan tersebut dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Skotlandia.

“Saya ingin melihat China membuka negaranya,” ujar Trump.

China menghadapi tenggat waktu pada 12 Agustus untuk mencapai kesepakatan tarif permanen dengan pemerintahan Presiden Donald Trump. Sebelumnya, Beijing dan Washington telah mencapai kesepakatan awal pada Mei dan Juni untuk meredakan eskalasi saling balas tarif dan penghentian ekspor mineral tanah jarang.

Tanpa adanya kesepakatan, rantai pasok global terancam terganggu kembali oleh pemberlakuan tarif AS dalam skala besar yang secara de facto bisa menyerupai embargo dagang bilateral.

Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengatakan tidak mengharapkan terobosan besar dalam pertemuan Stockholm yang juga dia hadiri.

“Saya berharap ada pemantauan lanjutan terhadap implementasi kesepakatan sejauh ini, memastikan arus mineral penting tetap lancar, dan membangun dasar bagi perdagangan yang lebih baik dan seimbang ke depan,” kata Greer.

Pertemuan di Stockholm berlangsung setelah Trump meneken kesepakatan dagang besar dengan Uni Eropa pada Minggu (27/7/2025) yang menetapkan tarif 15% untuk sebagian besar ekspor barang UE ke AS.

Pertemuan Trump-Xi Jinping

Analis memperkirakan gencatan tarif dan kontrol ekspor yang disepakati AS-China pada pertengahan Mei kemungkinan besar akan diperpanjang selama 90 hari ke depan. Perpanjangan ini akan membuka jalan bagi kemungkinan pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pada akhir Oktober atau awal November.

Financial Times melaporkan bahwa AS telah menghentikan sementara pembatasan ekspor teknologi ke China guna mendukung jalannya negosiasi dan upaya Trump untuk mengamankan pertemuan dengan Xi tahun ini.

Namun, dinamika politik domestik AS bisa memperumit proses negosiasi. Di Washington, sejumlah senator dari Partai Republik dan Demokrat tengah menyiapkan rancangan undang-undang baru untuk menekan China terkait isu pelanggaran HAM, perlakuan terhadap kelompok minoritas, pembangkang politik, dan Taiwan.

Seorang sumber yang dikutip Reuters menyebut Presiden Taiwan Lai Ching-te mempertimbangkan untuk menunda kunjungan ke AS pada Agustus — kunjungan yang sebelumnya telah dibahas dengan pemerintahan Trump. Kunjungan itu diperkirakan bakal memicu kemarahan Beijing dan berpotensi menggagalkan proses negosiasi perdagangan yang tengah berlangsung.

China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, sementara Taipei menolak klaim tersebut dan mengecam setiap dukungan Washington terhadap pulau itu.

Sebelumnya, pembicaraan AS-China di Jenewa dan London pada Mei dan Juni berfokus pada penurunan tarif balasan yang sempat menyentuh level tiga digit dan memulihkan arus ekspor barang penting, termasuk chip AI Nvidia seri H20 serta mineral tanah jarang yang sempat diblokir kedua negara.

Namun hingga kini, pembicaraan belum menyentuh isu ekonomi yang lebih luas. Di antaranya adalah keluhan AS soal model ekonomi China yang berbasis ekspor dan didominasi negara, serta keluhan Beijing atas kontrol ekspor teknologi yang disebut sebagai upaya untuk menghambat pertumbuhan China.

“Pertemuan di Jenewa dan London sejatinya baru sebatas upaya memperbaiki hubungan agar ke depan bisa benar-benar membahas akar permasalahan yang menyebabkan ketegangan dagang,” ujar Scott Kennedy, pakar ekonomi China dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington.

Bessent sebelumnya telah mengisyaratkan kemungkinan perpanjangan tenggat dan menekankan keinginan agar China melakukan rebalancing ekonomi dari ekspor ke konsumsi domestik — agenda jangka panjang yang telah lama diupayakan oleh pembuat kebijakan AS.

Analis menilai negosiasi perdagangan antara AS dan China jauh lebih kompleks dibandingkan dengan negara Asia lainnya. China masih memiliki kendali besar atas pasar global untuk mineral tanah jarang dan magnet. 

Mineral mineral tersebut digunakan dalam berbagai teknologi mulai dari perangkat militer hingga motor wiper kaca mobil — menjadikannya alat tawar yang efektif terhadap industri-industri strategis AS.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro