Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah terus mengandalkan konsumsi rumah tangga sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya dengan strategi memberlakukan libur panjang. Kebijakan ini dinilai mampu mengerek belanja masyarakat secara signifikan pada setiap kuartal.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyampaikan bahwa libur panjang secara konsisten memberi efek pengganda terhadap permintaan domestik, terutama di sektor transportasi, pariwisata, makanan-minuman, hingga ritel.
“Libur panjang itu mendorong spending, konsumsi. Dampaknya besar sekali [ke ekonomi],” ujar Susiwijono dalam forum Midyear Economic Challenges 2025 yang digelar Bisnis Indonesia di Jakarta Pusat, Selasa (29/7/2025).
Pemerintah, sambungnya, telah merancang peta waktu libur panjang sejak awal tahun hingga akhir tahun, mulai dari awal tahun, Ramadan dan Idulfitri, pertengahan tahun Juli—Agustus, hingga momen Natal dan Tahun Baru (Nataru). Tujuannya untuk menjaga denyut belanja masyarakat tetap kuat.
Susiwijono menambahkan bahwa selain momentum hari libur, pemerintah juga menggulirkan berbagai stimulus fiskal, baik dari sisi permintaan (demand) maupun penawaran (supply), demi menjaga laju pertumbuhan pada kisaran 5,2% sesuai target APBN 2025.
Dia mencontohkan sepanjang semester I/2025, sisi permintaan diperkuat dengan THR, gaji ke-13, bantuan sosial, bantuan tunai, hingga bantuan pangan.
Adapun, dari sisi suplai, pemerintah menggencarkan stimulus berupa diskon tarif dan insentif fiskal. Sejumlah program telah dijalankan seperti diskon tiket pesawat, tarif tol, PPN DTP untuk sektor otomotif dan properti, serta fasilitas pembiayaan perumahan lewat skema FLPP.
“Teori ini memang ya yang paling pragmatis. Kalau mau kita mendorong jangka pendek, ya ini yang harus kita tempuh,” paparnya.
Lebih lanjut, Susiwijono mengakui bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 baru mencapai 4,87%. Sementara proyeksi kuartal II masih di bawah 5%, namun dia berharap akselerasi konsumsi dan investasi pada kuartal III dan IV bisa menopang pencapaian target tahunan.
Mandiri Spending Index: Libur Panjang Bantu Ekonomi
Aktivitas konsumsi masyarakat tetap terjaga pasca Ramadan 2025 akibat banyaknya momentum libur dan cuti bersama pada Mei hingga awal Juni, berdasarkan laporan Mandiri Institute.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro menyampaikan bahwa indikator Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan belanja masyarakat masih berada di level yang kuat akibat banyak libur panjang pasca Lebaran seperti Hari Buruh, Waisak, Kenaikan Yesus Kristus, dan Iduladha.
“Tanpa adanya libur panjang, MSI kami perkirakan akan 5%—8% lebih rendah dari posisi saat ini,” ujarnya dalam laporan Mandiri Institute Insight, dikutip Jumat (27/6/2025).
Perinciannya, estimasi MSI tanpa periode libur hanya berada di level 242,7 pada Mei 2025. Jumlah tersebut 5% lebih rendah dari realisasi MSI dengan periode libur yang berada di level 255,4 pada Mei 2025.
Begitu juga pada Juni 2025, estimasi MSI tanpa periode libur berada di level 249, lebih rendah 8% dari realisasi MSI dengan periode libur yang berada di level 269,5.
Andry menambahkan bahwa kelompok masyarakat menengah atas menjadi penopang utama konsumsi selama periode tersebut naik 14,8% dari Mei ke April 2025.
Sementara itu, belanja selama liburan tercatat lebih tinggi di destinasi wisata yang berdekatan dengan kawasan Jabodetabek naik 5,4%—7,7% secara tahunan dibandingkan dengan destinasi utama seperti Yogyakarta atau Bali yang turun 6,7%—7,2% secara tahunan.
“Hal ini mengindikasikan pola mobilitas masyarakat saat liburan mayoritas terjadi di dalam kota atau wilayah sekitar,” katanya.
Jenis belanja yang mendominasi selama periode libur adalah dining out. Pada kelompok menengah-atas, aktivitas konsumsi juga diikuti dengan pengeluaran untuk hiburan dan barang tahan lama.
Sementara itu, kelompok bawah cenderung mengarahkan belanja ke kebutuhan rumah tangga. Oleh sebab itu, Andry menyimpulkan keberadaan momentum libur bersama menjadi elemen penting dalam menjaga daya beli dan konsumsi rumah tangga ke depan.