Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Rojali-Rohana Bakal Bergeser Jadi Robeli, Apa Itu?

Fenomena Rojali-Rohana diprediksi bergeser ke Robeli, seiring daya saing produk lokal meningkat, meningkatkan daya beli masyarakat dan investasi.
Pengunjung beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (19/11/2024)/Fanny Kusumawardhani TARGET PERTUMBUHAN RITEL
Pengunjung beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (19/11/2024)/Fanny Kusumawardhani TARGET PERTUMBUHAN RITEL
Ringkasan Berita
  • Fenomena Rojali dan Rohana diprediksi akan bergeser menjadi Robeli seiring meningkatnya daya saing produk dalam negeri.
  • Penurunan daya beli masyarakat menyebabkan munculnya fenomena Rojali dan Rohana, namun keberadaan mereka tetap menghidupkan pusat perbelanjaan.
  • Fenomena ini diharapkan menghilang seiring pemulihan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang sesuai harapan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha memprediksi fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana) akan bergeser menjadi rombongan benar beli (Robeli).

Ketua Bidang Perdagangan Apindo Anne Patricia Sutanto mengatakan fenomena baru bernama Robeli ini akan muncul di tengah masyarakat seiring produk dalam negeri yang mampu memiliki daya saing dengan produk asing.

“Kalau kita ini berdaya saing, otomatis investasi yang ada bertumbuh, tidak berkurang dan juga investasi yang ada bisa memberikan buying power. Jadi istilah Rohana-Rojali itu bisa tidak menjadi Rohana-Rojali, tetapi jadi Robeli atau Rombongan Benar Beli,” ujar Anne dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (29/7/2025).

Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani menjelaskan bahwa fenomena Rojali dan Rohana tak terlepas dari daya beli masyarakat yang melemah.

Pasalnya, Shinta mengungkap peritel yang tergabung di dalam Apindo merasakan adanya penurunan permintaan dari masyarakat.

“Rojali dan Rohana itu konsepnya lebih ke daya beli, di ritel sendiri mereka merasakan pelaku-pelaku ritel kami bahwa adanya penurunan demand itu terasa sekali, makanya ada orang yang lebih banyak jalan-jalan,” ungkap Shinta.

Kendati demikian, Shinta menilai keberadaan kelompok Rojali dan Rohana membuat pusat perbelanjaan menjadi lebih hidup daripada tak ada sama sekali pengunjung yang menyambangi.

Di sisi lain, Apindo menilai pemerintah juga perlu memberikan insentif tambahan untuk menjaga daya beli dan permintaan masyarakat, termasuk potongan harga (diskon).

Sementara itu, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo Ajib Hamdani mengatakan bahwa Rojali dan Rohana merupakan fenomena unik yang terjadi di pasar Indonesia.

Menurutnya, fenomena ini sejalan dengan teori Lipstick Index, yakni masyarakat yang selektif membeli barang-barang kebutuhan pokok, tetapi masih membeli barang yang bersifat tersier, seperti tiket konser.

“Fenomena Lipstick Index adalah bagaimana masyarakat sekarang itu melakukan konsumsi untuk barang-barang yang ekstra tersier, tapi untuk barang-barang umumnya mereka justru melakukan seleksi konsumsi,” jelas Ajib.

Namun, Ajib menuturkan bahwa fenomena Rojali dan Rohana ini akan menghilang dengan sendirinya di saat daya beli masyarakat sudah mulai pulih.

“Jadi saya pikir Rojali-Rohana ini nanti akan dengan sendirinya mulai hilang, dan mulai berbelanja, saat kemampuan daya beli mereka naik, dan pertumbuhan ekonomi kita bisa bertumbuh sesuai harapan,” tandasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro