Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bakal menindaklanjuti minat Amerika Serikat (AS) terhadap mineral kritis Indonesia.
Adapun, kebijakan ini tidak lepas dari kesepakatan tarif resiprokal yang dikenakan AS kepada RI turun menjadi 19%. AS pun menyebut Indonesia sepakat mencabut pembatasan ekspor mineral kritis.
Bahlil mengatakan, pihaknya siap jika harus mengekspor mineral kritis ke Negeri Paman Sam. Menurutnya, AS tinggal mendatangkan investor saja ke Indonesia.
Namun, Bahlil menegaskan bahwa perlakukan kepada AS akan tetap sama seperti kepada negara lain.
"Kemarin negosiasi tentang tarif ada keinginan untuk Amerika mineral kritikal. Saya bilang kita kasih. Sama [seperti negara lain], tinggal datangkan investornya, saya siapkan tambangnya. Bisnisnya sama. Equal treatment. Enggak ada beda-beda," ucap Bahlil dalam acara International Battery Summit (IBS) 2025, Selasa (5/8/2025).
Adapun, sejumlah komoditas yang tergolong dalam klasifikasi mineral kritis sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 296.K/MB.01/MEM.B/2023, antara lain nikel, tembaga, aluminium, timah, magnesium, mangan, kobalt, dan masih banyak lagi.
Indonesia telah memiliki beberapa proyek hilirisasi nikel, termasuk yang mengolah hingga bentuk produk baterai kendaraan listrik (EV). Proyek-proyek tersebut dikerjasamakan dengan negara lain, termasuk Korea Selatan dan China.
Bahlil lantas menyebut terkait pengelolaan mineral kritis, Indonesia membuka peluang kerja sama dengan semua pihak, tanpa membeda-bedakan.
“Jangankan Amerika, mau Afrika, Eropa, negara mana saja. Saya berjanji, kalau ada pihak yang mau membangun ekosistem baterai mobil di Indonesia, saya sendiri yang akan mengurusnya tanpa membeda-bedakan negara manapun,” kata Bahlil.
Mantan ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu mengatakan, selama ini RI tidak memberikan perlakuan khusus ke suatu pihak atau negara tertentu. Oleh karena itu, pihaknya menyambut baik rencana kerja sama proyek hilirisasi dari berbagai pihak.
“Kami menunggu siapa pihak yang akan datang [untuk investasi], menurut pandangan saya pihak yang datang itu memang punya niat baik untuk berkolaborasi untuk membangun bisnis saling menguntungkan antara negara lain dan Indonesia,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Bahlil mulai membahas strategi ekspor mineral kritis ke AS.
Airlangga mengatakan, dalam pertemuan dengan Bahlil, pihaknya mendiskusikan sejumlah isu, di antaranya kebijakan terkait teknis rantai pasok energi dari Negeri Paman Sam.
Menurutnya, AS menerapkan kebijakan yang menitikberatkan pada penguatan supply chain energi termasuk bahan baku mineral kritis, teknologi energi bersih, serta manufaktur energi terbarukan.
"Bagi Indonesia, hal ini kesempatan besar untuk memperluas kemitraan strategis, khususnya dalam bidang ekspor energi mineral strategis, kerjasama teknologi, transfer teknologi dan investasi," kata Airlangga dalam unggahan di akun Instagram resmi, @airlanggahartarto_official, Selasa (5/8/2025).
Airlangga menyebut, pemerintah memandang hal ini sebagai langkah penting dalam mendiversifikasi pasar, meningkatkan nilai tambah ekspor, dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global energi bersih.
Di sisi lain, dia juga menyebut pertemuan dengan Bahlil turut membahas mengenai kebijakan hilirisasi.
"Arahan Bapak Presiden Prabowo Subianto, pemerintah akan terus mengakselerasi peningkatan kapasitas hilirisasi dan ketahanan energi, serta memperkuat tata kelola energi, sebagai kunci dalam menjaga stabilitas pasokan, meningkatkan nilai tambah dalam negeri, dan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau jangka panjang," jelasnya.
AS Minat Nikel-Tembaga Cs dari RI, Bahlil Siapkan Tambang dengan Syarat
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meminta Amerika Serikat untuk berinvestasi di Indonesia jika ingin mendapat akses mineral kritis RI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : M Ryan Hidayatullah
Editor : Denis Riantiza Meilanova
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

42 menit yang lalu
Leasing Profits Hit by Weak Purchasing Power

1 jam yang lalu
Rekomendasi Berbeda JP Morgan soal Prospek Kinerja BCA (BBCA)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

24 menit yang lalu
Sri Mulyani: Pemerintah Godok Pemberian Stimulus Natal-Tahun Baru

01 Agt 2025 | 07:00 WIB
Perjalanan Bisnis atau Wisata, Nyaman Pakai TRAC Rental dari Astra

1 jam yang lalu