Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Cepat Penerbangan Domestik Vs Internasional Mengangkasa dari Era Covid

Penerbangan internasional pulih lebih cepat pasca-Covid, didorong oleh WNI yang bepergian ke luar negeri. Sementara itu, penerbangan domestik masih lesu akibat tarif dan kebijakan pemerintah.
Pegawai melintas di depan pesawat milik grup Garuda Indonesia di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (24/4/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai melintas di depan pesawat milik grup Garuda Indonesia di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (24/4/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Ringkasan Berita
  • Penerbangan internasional lebih cepat pulih dibandingkan domestik, dengan peningkatan penumpang internasional yang signifikan dan mendekati tingkat pra-pandemi, sementara penumpang domestik justru menurun.
  • Faktor harga tiket yang lebih murah untuk penerbangan internasional dan kebijakan Tarif Batas Atas (TBA) yang membatasi harga domestik menjadi alasan utama perbedaan pemulihan ini.
  • Upaya pemerintah memberikan diskon tiket pesawat domestik tidak efektif meningkatkan jumlah penumpang secara signifikan, dan pertumbuhan penerbangan domestik diprediksi stagnan pada 2025.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Pandemi Covid-19 yang sudah berakhir dua tahun lalu masih menyisakan efek terhadap industri penerbangan domestik maupun internasional yang hingga kini masih berjuang untuk pulih. 

Usai pintu perjalanan udara dibuka secara luas pada 2023, aktivitas penerbangan perlahan bangkit. Namun, domestik maupun internasional belum mampu mencapai kinerja seperti pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19. 

Bahkan pada 2024, penerbangan maupun jumlah penumpang domestik masih harus berjuang karena justru mengalami penurunan hingga 20%. Berbeda dengan penerbangan internasional yang justru ramai peminat dan terus tumbuh mendekati pulih 100%. 

Data Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia atau Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menunjukkan bahwa pada 2024 jumlah penumpang domestik turun menjadi 65,82 juta dari 2023 yang mencapai lebih dari 66 juta. Pada periode yang sama, penumpang untuk penerbangan internasional meningkat signifikan dari 29,12 juta menjadi 36 juta. 

Direktur Navigasi Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Syamsu Rizal pun mengungkapkan bahwa penerbangan internasional memang lebih cepat pulih. Tercermin dengan trafik perkembangan penumpang internasional yang hampir mendekati masa 2019. 

Pada tahun lalu, tingkat pemulihan atau recovery rate penerbangan internasional 2024 terhadap 2019 baru mencapai 96%. Sementara pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 110%.  

Berbeda dengan domestik dengan recovery rate 2024 terhadap 2019 sebesar 83%, dan hanya akan tumbuh 2% pada tahun ini. Jauh berbeda dengan internasional yang tumbuh 14%. 

“Jadi memang internasional lebih cepat pulih, yang diprognosiskan akan melampaui 100% pada tahun ini,” ujarnya dalam Press Background, Selasa (5/8/2025).

Menariknya, lonjakan kursi penerbangan internasional ternyata bukan terisi oleh para turis asing, tetapi warga negara Indonesia yang asyik hilir mudik ke luar negeri. Sementara kursi penerbangan domestik sepi peminat. 

Pengamat Penerbangan Alvin Lie mengungkapkan bahwa perjalanan udara ke luar negeri mengalami peningkatan karena banyaknya WNI yang melakukan perjalanan ibadah umrah yang juga dilayani oleh maskapai asing.  

“Jadi kalau diperhatikan rute-rute yang mengalami peningkatan penumpang itu adalah yang mengangkut jemaah umrah pada umumnya,” ujarnya kepada Bisnis.

Di samping itu, Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman menilai masyarakat Indonesia memilih luar negeri sebagai tujuan karena tiket yang lebih murah karena tidak ada Tarif Batas Atas (TBA) untuk penerbangan internasional. 

“Tiket keluar negeri lebih murah dibanding dalam negeri di low season. Ya yang mau liburan di low season, akan cenderung liburan ke luar negeri,” jelasnya.

Perbedaan aturan dan psikologis harga pun memberikan pengaruh terhadap persepsi masyarakat. Di mana tiket ke luar negeri mahal sekali di high season, karena demand tinggi. Sementara tiket domestik lebih murah ketika high season, tetapi karena TBA masih 'rendah', habis terjual. 

Padahal kalau tidak ada TBA, lanjut Gerry, perusahaan penerbangan dapat meraup untuk besar saat peak season untuk menutup kerugian di low season.

Dia memandang, bahwa maskapai asing dapat menyediakan kapasitas yang konstan terus menerus di low season dan high season dengan harga murah sekali di low season dan mahal sekali di peak season

Sedangkan untuk domestik, harganya fluktuasinya tidak tinggi, jadi terlalu mahal untuk orang liburan di low season, dan terlalu murah di peak season sampai tiket habis.

“Alhasil sebenarnya masyarakat Indonesia kehilangan kesempatan untuk dapat melakukan perjalanan banyak di low season, dan di peak season tiket kehabisan,” lanjutnya. 

Kebijakan Pemerintah dan Persaingan Usaha 

Gerry melihat dengan kondisi saat ini, tak heran apabila maskapai domestik yang telah memiliki rute internasional lebih memilih menambah trafik ke luar negeri ketimbang kota-kota di Indonesia. 

Dengan demikian konektivitas dalam negeri tertutup dan semakin terbatas. Penerbangan domestik pun jadi jauh dari pulih. 

Selain masalah TBA, Gerry menilai bahwa transportasi udara di Jawa juga terkena dampak tol trans-Jawa dan peningkatan kecepatan dan kapasitas rel kereta api. 

“Efek substitusi ini juga menjadi faktor Indonesia banyak kehilangan penumpang udara karena banyak yang beralih ke tol dengan kendaraan pribadi atau bis, dan ke kereta api,” tuturnya. 

Sementara Alvin memandang komposisi pelaku perjalanan udara dalam negeri itu mayoritas adalah pengusaha dan pegawai swasta. Ketika bisnis melambat, tentunya pengusaha maupun pegawai swasta juga mengurangi pengeluarannya terutama biaya-biaya yang bisa dihemat termasuk perjalanan. 

Belum lagi, kebijakan efisiensi pemerintahan Prabowo Subianto yang membatasi perjalanan dinas para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan TNI/Polri juga memberikan dampak pada terbatasnya pertumbuhan penerbangan domestik. 

Diskon Tiket Pesawat Tak Bertaji 

Pemerintah sendiri berusaha membangkitkan daya beli masyarakat sekaligus industri penerbangan domestik dengan memberikan stimulus berupa diskon tiket pesawat pada momen tertentu, seperti Nataru dan Lebaran. 

Pada akhir tahun lalu, data Kemenhub menunjukkan memang ada peningkatan, tetapi tipis pada jumlah penumpang domestik dari 65.944.835 pada akhir 2023 menjadi 65.946.419. 

Menurut Alvin, hasil kajian dari Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (Apjapi) selama peak season Mudik-Balik 2025 menunjukkan bahwa program diskon yang dilakukan pemerintah tidak efektif menarik penumpang baru.

Pertumbuhan penumpang pada momen Mudik dan Balik Lebaran (peak season) 2025 adalah sekitar 9.7% dari hari biasa (normal traffic) 3 bulan terakhir. 

Sedangkan penumpang yang biasanya menggunakan moda transportasi lain namun dalam masa mudik ini beralih ke transportasi udara adalah sebesar 3,9%. Sangat tidak signifikan dibanding diskon 13-14% yang ditawarkan oleh pemerintah. 

“Secara umum, dapat disimpulkan bahwa kebijakan diskon yang diterapkan pemerintah tidak berdampak besar dalam meningkatkan jumlah penumpang selama peak season,” ungkapnya. 

Kemenhub pun memprediksikan pertumbuhan pesawat domestik pada 2025 akan stagnan alias tumbuh 0% dari 2024 atau secara tahunan. Sementara pesawat internasional akan tumbuh 1%.

Selama struktur tarif domestik tak berubah dan daya beli masyarakat belum pulih, penerbangan domestik tampaknya masih harus mengencangkan ikat pinggang. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro