Bisnis.com, JAKARTA - HSBC Global Research menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2025 sebesar 5,12% secara tahunan atau year-on-year (YoY) tidak mengejutkan. Hal itu berbeda dengan konsensus ekonom dan analis yang memperkirakan pertumbuhan kuartal II/2025 hanya bisa paling tinggi mencapai 5% YoY.
Sebagaimana diberitakan Bisnis sebelumnya, konsensus dari 30 ekonom dan analis yang dihimpun Bloomberg sebelum Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data PDB kuartal II/2025, menunjukkan bahwa nilai median pertumbuhan yakni sebesar 4,8% YoY. Hanya dua analis yang memperkirakan pertumbuhan bisa tembus 5%.
"Ketika kami mendapatkan data pertumbuhan PDB [April sampai dengan] Juni beberapa hari yang lalu, kami sebenarnya tidak terlalu terkejut," ungkap Pranjul Bhandari, Chief Indonesia and India Economist HSBC Global Research, pada media briefing yang diselenggarakan secara daring, Jumat (8/8/2025).
Menurut Pranjul, pertumbuhan ekonomi tiga bulan kedua 2025 di Indonesia didorong oleh sektor informal ketika faktor lainnya mengalami penurunan. Dia mencontohkan ketahanan sektor informal itu terlihat dari belanja makanan, minuman, pakaian, produk energi serta kebutuhan lain-lain. "Saya pikir itu menunjukkan pertumbuhan, dan kami pikir ini lah yang mendasari pertumbuhan," terangnya.
Kendati demikian, Pranjul mengakui bahwa ada banyak pertanyaan yang meragukan apabila perekonomian Indonesia benar-benar tumbuh. Dia menegaskan bahwa pertumbuhan memang benar terjadi.
"Ada banyak pertanyaan apakah ekonomi Indonesia benar-benar tumbuh? Jawaban dari saya, iya. Apabila dilihat secara dekat dan melihat sektor informasi dan konsumsi masyarakat, itu telah meningkat apabila dibandingkan dengan tahun lalu," tuturnya.
Baca Juga
Di sisi lain, Pranjul melihat bahwa data pertumbuhan PDB kuartal II/2025 yang dirilis BPS merupakan yang tertinggi dalam dua tahun. Investasi, atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), juga terlihat kuat.
Dia menilai investasi kuartal II/2025 didorong oleh belanja modal oleh pemerintah, sehingga PMTB tumbuh 6,99% YoY, sedangkan konsumsi tumbuh 4,97% YoY.
Namun demikian, Pranjul menyampaikan bahwa capaian pertumbuhan kuartal II/2025 yang didorong konsumsi itu tidak cukup bagus. Dia menyebut ke depan pada dua kuartal terakhir 2025 pertumbuhan harus bisa mendorong produksi yang saat ini masih tercatat negatif.
"Menurut saya apa yang dibutuhkan adalah investasi perusahaan untuk tumbuh karena dengan tumbuhnya penanaman modal perusahaan maka kapasitas ekonomi tumbuh dan menciptakan lapangan kerja dengan gaji tinggi," ungkapnya.
Adapun merujuk data PDB kuartal II/2025, pertumbuhan investasi atau PMTB senilai 6,99% didukung oleh belanja mesin. Saat dimintai konfirmasi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut belanja mesin itu adalah barang modal atau capital goods, yang menunjukkan investasi yang masuk.
Namun, Airlangga enggan memerinci lebih lanjut proyek investasi apa saja yang dimaksud olehnya mendorong belanja mesin itu. Dia menilai investasi yang mendorong pertumbuhan itu adalah dari swasta, kendati belanja dari pemerintah juga ada.
"Kalau mesin kan capital goods. Capital goods berarti realisasi investasi. [Dari] swasta. Komoditasnya kan macam-macam. Ada yang kalau permesinan bisa dari sektor logam, yang tumbuhnya tinggi," terangnya di Kantor Kemenko Perekonomian pada hari yang sama rilis data PDB kuartal II/2025, Selasa (5/8/2025).
Menko Perekonomian sejak 2019 itu juga mengatakan capaian pertumbuhan kuartal II/2025 itu membuat pemerintah optimistis bahwa target pertumbuhan 5,2% yoy sepanjang 2025 bisa tercapai.