Pernyataan Maaf
Hakim Lee juga menyatakan ketidakpuasannya karena Hudson tidak hadir di pengadilan, tetapi malah meminta maaf melalui pernyataan perusahaan.
"Merupakan satu hal bagi 'Ruang Berita Qantas' untuk menerbitkan siaran pers dari seorang CEO yang meminta maaf, hal yang berbeda lagi jika pernyataan tertulis tentang penyesalan, pengakuan kesalahan, dan perubahan budaya diuji di ruang sidang oleh penasihat senior untuk pihak yang menyatakan bahwa Qantas terlibat dalam penyesalan performatif," kata Hakim Lee dalam putusannya.
Sementara, Mantan CEO Qantas Joyce muncul kembali di Sydney minggu lalu dan membela kebijakan yang diambilnya ketika memimpin Qantas. Dalam pidatonya di sebuah konferensi penerbangan, dia mengatakan keputusan keras dan menyakitkan yang dibuat selama pandemi Covid menyelamatkan Qantas dari kebangkrutan.
"Qantas, seperti banyak maskapai penerbangan lainnya, juga menghadapi keputusan yang sangat menantang terkait tenaga kerjanya. Saya mengakui hal itu," kata Joyce dalam pidatonya.
Sekretaris Nasional TWU Michael Kaine yang berbicara setelah putusan hari Senin, menyebut tindakan Qantas pada 2020 sebagai keputusan yang kejam dan mementingkan diri sendiri.
"Putusan hari ini merupakan pesan senilai A$90 juta kepada perusahaan-perusahaan di Australia bahwa para pekerja akan memperjuangkan apa yang benar," kata Kaine.