Bisnis.com, JAKARTA-Penerapan penggunaan bersama atau open access pipa gas akan mendorong pengusaha ikut membangun infrastruktur gas, sehingga dapat menjamin pasokan gas ke masyarakat.
Hari Karyuliarto, Direktur Gas PT Pertamina (Persero), mengatakan saat ini distribusi gas ke masyarakat terhambat dengan minimnya infrastruktur gas. Pasalnya, pelaku usaha harus memastikan siapa pemilik gas, dan meminta izin kepada pemilik pipa untuk mengalirkannya.
“Pengusaha itu kan belum tentu memperoleh izin dari pemilik pipa. Open access ini ada jaminan pemain bisnis gas untuk bisa menikmati layanan pipa gas. Walaupun mereka tidak berinvestasi, tetapi kan harus membayar toll fee,” katanya di Jakarta, Kamis (24/10).
Hari menuturkan, seharusnya pemerintah segera menerapkan open access pada pipa yang memiliki ukuran 10 inchi atau lebih. Bahkan, walaupun pipa itu belum balik modal, pemilik pipa tetap akan diuntungkan dengan toll fee dari penerapan open access.
Menurutnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) akan menetapkan toll fee dengan nilai yang menguntungkan bagi pemilik pipa. Dengan begitu, bisnis hilir migas akan menjadi lebih efisien dan menguntungkan semua pihak.
“Kalau internal rate of return (IRR) ditentukan BPH Migas, pasti tidak akan berlebihan sampai di atas 16%. Padahal, IRR proyek pipa hanya 9% hingga 12%, tergantung kondisi perusahaannya,” jelasnya.
Penerapan open access juga dianggap akan menghindarkan praktik monopoli jaringan pipa gas untuk memaksimalkan keuntungan pihak tertentu. Di sisi lain, saat ini dibutuhkan banyak pembangunan jaringan pipa gas, agar dapat dioptimalkan untuk program konversi bahan bakar minyak ke gas.