Bisnis.com, JAKARTA - Perkembangan signifikan realisasi surplus neraca perdagangan pada Desember 2013 yang menembus US$ 1,52 miliar dipertanyakan konsistensinya. Mengapa?
Menurut Helmi Arman, Asia Pacific Economic & Market Analysis Citi Research Indonesia, dalam laporannya, Selasa (3/2/2014), mengatakan surplus neraca perdagangan sejak Oktober - Desember 2013 salah satunya didorong oleh faktor keberuntungan.
"Surplus ini didorong oleh faktor kebijakan dan juga keberuntungan," katanya, Senin (3/2/2014).
Dalam pandangannya, tren penurunan impor non minyak dan gas disebabkan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dan koreksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Namun, lanjutnya, surplus juga disebabkan meningkatnya neraca perdagangan komoditas non minyak. "Ini tidak berkelanjutan," ujarnya.
Sebagai contoh, pada 14 Januari, harga batu bara turun ke posisi akhir pada Oktober tahun lalu. Ekspor barang mineral juga diyakini akan turun ke depannya karena mulai diberlakukannya beleid baru pelarangan ekspor hasil tambang mineral mentah.
"Ekspor mineral akan sangat rendah pada Januari. Perusahaan saat ini fokus membangun smelter," tuturnya.
Mengingat ekspor bijih timah dan besi menyumbangkan hampir setengah dari ekspor barang HS-26, kami memperkirakan neraca perdagangan pada Januari akan kembali turun ke level nol atau lebih rendah menjadi negatif.