Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsensus Ekonom Ramal Surplus Dagang RI Susut ke US$2,9 Miliar pada Maret 2025

Ekonom memperkirakan neraca perdagangan Indonesia masih akan surplus pada Maret 2025, meski nilainya menurun.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan masih akan surplus pada Maret 2025, meski nilainya menurun. Artinya, tren surplus neraca dagang Indonesia masih akan berlanjut hingga 59 bulan secara beruntun.

Berdasarkan konsensus 15 ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan pada Maret 2025 diproyeksikan sebesar US$2,9 miliar.

Hanya saja, jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi neraca dagang bulan sebelumnya atau pada Februari 2025 senilai US$3,12 miliar.

Estimasi tertinggi dikeluarkan oleh ekonom Barclays Bank Brian Tan dengan nominal US$4,71 miliar. Sebaliknya, estimasi terendah diberikan oleh ekonom Nomura Singapore Euben Paracuelles dengan angka US$2,22 miliar.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memproyeksikan neraca perdagangan pada Maret 2025 akan mengalami surplus sebesar US$2,63 miliar.

"Harga komoditas ekspor dan impor keduanya melambat, dengan impor turun lebih tajam terutama karena minyak dan ekspor dengan coal [batu bara] dan CPO [minyak kepala sawit] yang turun lebih moderat," jelas David kepada Bisnis, Minggu (20/4/2025).

Di sisi lain, sambungnya, ada kemungkinan Pertamina melakukan refill pada bulan lalu karena refill terakhir kali terjadi pada Desember sehingga mendorong impor.

Lebih lanjut, David menggarisbawahi bahwa jumlah hari kerja pada Maret sama dengan bulan Februari. Oleh sebab itu, dia meyakini secara bulanan ekspor-impor tidak berubah banyak.

Sedangkan, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengestimasikan neraca perdagangan Indonesia berada di kisaran US$3 miliar.

Faisal menjelaskan bahwa secara historis selalu terjadi penurunan aktivitas ekspor dan impor pada momen akhir Ramadan dan selama Lebaran karena ada libur panjang. 

Akhir Ramadan sendiri jatuh pada Maret pada tahun ini. Oleh sebab itu, Faisal meyakini ada penurunan ekspor dan impor pada bulan lalu.

"Apakah penurunannya lebih tajam? Ya ada kemungkinan juga lebih tajam, baik ekspor maupun impor, karena sekarang kalau dilihat dari kondisi ekonomi, dua-duanya [domestik dan global] kan sedang ada pressure [tekanan] ya," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (20/4/2025).

Dia mencontohkan, di dalam negeri daya beli masyarakat sedang menurun sehingga mempengaruhi permintaan produk-produk impor seperti barang konsumsi, barang modal, barang penolong, dan bahan baku.

Begitu juga perekonomian global yang sedang bergejolak akibat eskalasi perang dagang usai Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif resiprokal kepada mitra-mitra dagangnya.

"[Jadi] pasarnya juga cenderung mengalami tekanan karena ada antisipasi kebijakan Trump walau di Maret itu belum terlalu terasa sebetulnya, tapi secara demand [permintaan] itu biasanya sudah mulai kelihatan," tutup Faisal.

Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri dijadwalkan akan mengumumkan realisasi neraca perdagangan Indonesia selama Maret 2025 pada Senin (21/4/2025) esok.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper