Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah pengembang properti papan atas mengaku tengah menghitung ulang budget untuk ekspansi pembangunan proyek properti sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar Rupiah.
Pengembang berharap depresiasi Rupiah tidak berjalan lebih lanjut karena akan membuat biaya konstruksi membengkak.
Chief Executive Officer Strategic Development&Services; Sinarmas Land, Ishak Chandra, mengatakan pelemahan nilai tukar Rupiah menjadi salah satu pertimbangan utama grup dalam menyusun anggaran ekspansi. "Kami belum tahu ini signifikan atau tidak karena tergantung proyeknya," ujar Ishak seperti dikutip dari Harian Bisnis Indonesia, Rabu (5/8)
Dia menjelaskan, beberapa proyek Sinarmas Land memang mengandung komponen impor yang cukup signifikan, terutama untuk proyek-proyek hunian vertikal dan komersial. Sementara itu, untuk proyek hunian tapak, komponen impor tidak terlalu signifikan.
Ishak mengatakan, Sinarmas Land berniat membangun beberapa proyek baru di luar Jawa seperti Batam, Makasaar, Palembang, dan Samarinda.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga 5 Agustus 2015, nilai tukar Rupiah terhadpa Dollar Amerika Serikat mencapai Rp13.515 per lembar Dollar. Nilai tukar Rupiah tercatat melemah 14,57% dibandingkan dengan posisi 4 Agustus 2015. Jika dibandingkan posisi 1 Januari 2015, nilai Rupiah tergerus 7,69^%.
Senada, Direktur PT Pakuwon Jati Tbk, Stefanus Ridwan mengatakan depresiasi Rupiah menyebabkan harga material mengalami kenaikan. "Kami akan hitung lagi berapa kenaikannya [budget], mudah-mudahan gak terus-terusan naik," katanya.
Jika Rupiah terus terpuruk, Stefanus menyebut perseroan bisa menempuh opsi untuk menaikkan harga jual. Namun, perseroan tetap berharap kurs Rupiah bisa stabil sehingga tidak mengerek biaya konstruksi.
Hingga akhir tahun Pakuwon tengah membangun proyek apartemen Casa Grande II senilai lebih dari Rp2 triliun. Pakuwon juga tengah memperluas Tunjungan City dan Supermal Pakuwon Indah di Surabaya