Bisnis.com, JAKARTA—Kehadiran pengembang asing dalam pasar properti di Indonesia dimulainya era Masyarakat Ekonomi Asean diyakini akan mendorong pertumbuhan industri properti, meski juga menuntut kesiapan dari pelaku usaha dalam negeri dan dukungan pemerintah.
Director Head of Research Savills Property Connection Indonesia, Anton Sitorus mengatakan saat ini semakin banyak pengembang asing yang mulai percaya dengan pasar properti di Indonesia. Hal tersebut merupakan sesuatu yang positif.
Menurutnya, pengembang asing akan semakin meramaikan industri properti yang diprediksi akan kembali menunjukkan kenaikan pada tahun ini. Banyaknya pengembang asing yang berani masuk menunjukkan adanya kepercayaan terhadap potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan juga peluang dari sisi demografi yang menjanjikan.
“Pengembang asing memiliki kualitas yang baik dan teknologi yang sudah tidak diragukan lagi. Dalam kondisi globalisasi seperti ini, Indonesia atau negara manapun di seluruh dunia harus siap menghadapi hal-hal baru yang datang dari luar,” katanya melalui sambungan telepon beberapa waktu lalu.
Kehadiran produk dari pengembang asing dengan tawaran kualitas dan merek yang sudah mengglobal mesti turut diantisipasi oleh pengembang lokal. Bagaimana pun, ketika dihadapkan pada sejumlah pilihan, masyarakat akan memilih yang berkualitas.
Era MEA mesti disikapi sebagai tantangan untuk mengembangkan kualitas produk dalam negeri agar siap bersaing. Selain itu, peluang kemitraan dengan perusahaan asing yang akan masuk mesti menjadi kesempatan bagi transfer teknologi dan keahlian bagi perusahaan lokal.
Ketua Umum Realestate Indonesia (REI) Eddy Hussy mengatakan, pengembang dalam negeri umumnya tidak begitu kuatir dengan era MEA. Kerjasama antara pengembang lokal dan asing sudah sering dilakukan oleh anggota REI dari berbagai kota.
Meski begitu, REI akan cukup waspada terhadap arus tenaga ahli dan investor yang akan masuk ke pasar Indonesia. Menurutnya, REI sudah mengantisipasi dengan melakukan sertifikasi kompetensi tenaga ahli dalam negeri.
“Yang perlu kita antisipasi adalah dana murah yang mudah mereka dapat dari negara-negara mereka itu, jangan sampai mereka terlalu besar dan kita tidak bisa bersaing,” katanya.