Bisnis.com, PALEMBANG – Pemerintah menjelaskan terdapat empat faktor yang memengaruhi kenaikan harga kebutuhan pokok atau sembako yang sering terjadi, terutama jelang bulan suci Ramadan.
Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan RI, Srie Agustina, mengatakan keempat faktor tersebut meliputi situasi harga di luar negeri dan kurs dolar, kondisi iklim, distribusi dan faktor spekulasi.
“Biasanya penyebab kenaikan harga jelang Ramadan itu adalah faktor psikologis, namun secara umum ada empat faktor yang memengaruhi kenaikan harga bahan pokok,” jelasnya di sela kunjungan kerja pemantauan harga bahan pokok di Palembang, Rabu (12/4/2017).
Dijelaskan, untuk faktor situasi harga di luar negeri, biasanya berkenaan dengan komoditas yang pasokannya bergantung pada impor.
Dia mencontohkan, komoditas bawang putih yang mana 90% pasokan masih impor karena Indonesia belum bisa memproduksi komoditas itu.
Selain itu, ada pula komoditas daging atau sapi bakalan yang masih impor sehingga bergantung dengan pergerakan kurs dolar Amerika bahkan negosiasi dengan negara produsen, seperti Australia.
Baca Juga
Kedua, kata dia, menyangkut faktor iklim yang mana bisa memengaruhi harga suatu komoditas. Misalnya, kenaikan harga pada cabai merah yang sering disebabkan faktor cuaca hujan berkepanjangan ataupun musim kemarau.
“Iklim ini berkaitan dengan kondisi yang dihadapi petani, jika kondisinya tidak tepat maka petani tidak bisa memetik panen,” katanya.
Ketiga, adalah faktor distribusi. Srie mencontohkan pasokan komoditas bahan pangan di Pasar Induk Jakabaring Palembang berasal dari Kota Pagaralam dengan jarak tempuh 7 jam—8 jam.
Jika kondisi jalan rusak maka akan mengganggu distribusi barang yang akhirnya berdampak pada kenaikan harga.
Keempat, adalah faktor spekulasi.
“Kalau untuk spekulasi, sepertinya sekarang belum terlihat karena memang kami coba kurangi faktor itu.Kami coba rangkul semua pihak, pemerintah amankan [harga]. Sekarang lebih pada faktor iklim dan distribusi,” jelasnya.