Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi Produsen Pupuk Sudah Berupaya Tekan Harga Gas

Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia telah berupaya menekan harga gas untuk industri pupuk.
Pekerja membongkar muatan pupuk urea ke truk di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (17/2)./Antara-Fiqman Sunandar
Pekerja membongkar muatan pupuk urea ke truk di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (17/2)./Antara-Fiqman Sunandar

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia telah berupaya menekan harga gas untuk industri pupuk.

Dadang Heru Kodri, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), mengatakan hal itu di Jakarta, Minggu (10/12/2017).

"Kami telah berupaya agar harga gas untuk industri pupuk turun," ujarnya.

Salah satu yang dilakukan adalah melalui negosiasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Sebelumnya, PT Pupuk Indonesia berharap pemerintah dapat menurunkan kembali harga gas agar pupuk dari Indonesia bisa bersaing di pasar Asia Tenggara.

Wijaya Laksana, Kepala Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero), menjelaskan harga pokok penjualan (HPP) pupuk secara global berada di kisaran US$220—US$250 per ton.

Dia menambahkan pabrikan nasional mampu untuk memenuhi harga global, akan tetapi beberapa pabrikan luar menawarkan harga pupuk yang lebih kompetitif.

"Pabrikan lain bahkan ada yang US$200 per ton ," kata Wijaya kepada Bisnis, Minggu (10/12/2017).

Dia mengapresiasi pemerintah yang telah menurunkan harga untuk industri pupuk menjadi US$6 per MMBtu. Namun, harga gas tersebut belum setara dengan beberapa pabrikan internasional . Akibatnya, Pupuk Indonesia lebih fokus untuk pasar dalam negeri.

"Harapannya kita bisa mencapai US$4 per MMBtu agar bisa apple to apple dengan pabrikan asing," ujarnya.

Menurutnya, komponen gas menjadi bahan baku yang krusial untuk produksi pupuk karena mempengaruhi ongkos produksi hampir mencapai 70%. Dengan demikian, pemerintah dapat mempertimbangkan kembali bagi pabrikan yang memakai gas sebagai bahan baku sebagai industri yang paling diprioritaskan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper