Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang apartemen BRANZ Simatupang di Jakarta Selatan, PT Tokyu Land Indonesia mengakui penyerapan unit apartemen tersebut baru mencapai 60%.
Presiden Direktur PT Tokyu Land Indonesia, Keiji Saito mengatakan progress penyerapan BRANZ agak lambat dikarenakan harga yang ditawarkan memang cukup tinggi. Selain itu, kondisi properti di Indonesia memang tengah melambat menuju tahun politik.
“Memang dibandingkan BRANZ BSD, BRANZ Simatupang ini lebih mahal. Jadi karena ada selisih harga jadi memang agak lebih lambat sedikit,” tutur Keiji di BRANZ BSD, Rabu (1/8/2018).
Dia menerangkan, dengan adanya kebijakan relaksasi loan to value (LTV) dari Bank Indonesia, maka pertumbuhan bisnis properti di Indonesia akan kembali menggeliat. Menurut Keiji, semua proyek properti akan bertumbuh lebih pesat sekitar tahun 2020-2021, usai Pemilihan Umum dengan kepemimpinan pemerintahan yang baru.
Sebagai informasi, sejak akhir 2015 diluncurkan, proyek apartemen BRANZ BSD sudah habis menjual yaitu North Tower atau Tower B dan East Tower atau Tower C. Rencananya ketiga tower ini akan diserahterimakan pada Desember 2018. Ada pun jumlah ruangan yang tersedia sebanyak 1.025 unit, dari total tujuh menara sebanyak 3.000 unit.
Harga yang ditawarkan di BRANZ BSD adalah Rp1,27 miliar untuk unit 1 kamar tidur dengan dimensi 40-42 meter persegi dan Rp1,98 miliar untuk 2 kamar tidur ukuran 62 meter persegi. Harga ini sangat jauh lebih murah dibandingkan harga BRANZ Simatupang untuk 1 kamar tidur mencapai sekitar Rp2 miliar.
Baca Juga
Keiji berpandangan, karakter konsumen properti di Indonesia didominasi oleh investor ketimbang end-user. Sekalipun pasar properti melemah, namun orang akan cenderung tetap berinvestasi namun dengan unit yang murah dibeli. Keiji menambahkan, strategi ini secara perlahan akan mendorong pembeli unit kecil beralih ke unit besar ketika sudah kondisi pasar properti telah membaik.