Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Ongkir Tinggi Buntut Kelangkaan Kontainer, Eksportir Tetap Jualan

Pengusaha tetap melakukan pengapalan untuk menjaga hubungan dengan mitra dagang di sejumlah negara tujuan ekspor.
Truk kontainer bersiap menurunkan kontainer ke dalam kawasan Terminal Peti Kemas dalam kawasan Pelindo II./Bisnis-Anggara Pernando
Truk kontainer bersiap menurunkan kontainer ke dalam kawasan Terminal Peti Kemas dalam kawasan Pelindo II./Bisnis-Anggara Pernando

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan eksportir dalam negeri tetap berpacu mengirimkan produk mereka ke pasar internasional kendati biaya pengapalan atau ocean freight mengalami kenaikan hingga lima kali lipat dari ongkos kirim pada situasi normal.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan langkah itu tetap dipegang untuk menjaga hubungan dengan mitra dagang di sejumlah negara tujuan ekspor.

“Sekalipun tidak untung, tetapi kita tetap mempunyai pembeli di sana dari pada kita tidak suplai nanti importir mencari orang lain yang bisa suplai, kita tidak bisa masuk ke sana lagi,” kata Benny melalui sambungan telepon kepada Bisnis, Kamis (30/9/2021).

Hasilnya, Benny mengatakan, neraca perdagangan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang positif pada Agustus tahun ini dengan mencatatkan surplus sebesar US$4,74 miliar. Surplus ini lebih tinggi dari bulan Juli lalu sebesar US$2,59 miliar.

“Neraca perdagangan kita masih surplus dan memang tahun ini tertinggi kelihatannya dari tahun-tahun sebelumnya kendati biaya kirimnya sangat tinggi,” kata dia.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan Indonesia kesulitan untuk merebut pasar ekspor yang ditinggalkan China buntut dari kelangkaan kontainer yang mencapai 5.000 unit setiap bulannya.

“Dampak dari kelangkaan kontainer itu, kita tidak bisa memanfaatkan pesanan yang begitu besar untuk mengisi kekosangan yang biasa disuplai oleh China, itu konsekuensi yang ingin kita elakkan,” kata Lutfi saat mengadakan konferensi pers, Jakarta, Kamis (30/9/2021).

Misalkan, Lutfi mencontohkan, industri mebel atau funitur yang berada di Jawa Timur mengalami kesulitan untuk melakukan ekspor barang ke Amerika Serikat mencapai 800 kontainer beberapa waktu terakhir.

Berdasarkan perhitungan Kementerian Perdagangan bersama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, industri yang bergerak pada olahan kayu itu membutuhkan seribu kontainer setiap pekannya.

Kendati demikian, Lutfi mengatakan, permasalahan itu juga menyasar pada sejumlah industri dengan realisasi ekspor relatif tinggi bagi neraca dagang dalam negeri. Sejumlah industri itu seperti garmen, pakaian, makanan dan minuman, elektronik hingga alas kaki untuk memenuhi permintaan pasar internasional yang ditinggalkan China.

Belakangan Kementerian Perdagangan menggandeng Kadin, Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia serta para main line operator atau MLO untuk memenuhi kebutuhan kontainer dalam negeri.

Berdasarkan hasil pemaparan Kemendag, MLO telah menyanggupi pemenuhan kebutuhan kontainer sebanyak 800 hingga 1.000 setiap bulan untuk industri mebel dalam negeri. Nantinya, produk ekspor dari industri itu bakal dikirim ke New York, Los Angeles, Savannah, Baltimore dan Florida.

Selain itu industri makanan dan minuman dalam negeri bakal difasilitasi kebutuhan kontainer sebanyak 3.500 hingga 3.800 unit setiap bulannya. Adapun tujuan ekspor dari industri makanan dan minuman itu di antaranya ASEAN, China, Korea Selatan, Hong Kong, Jepang, India, Pakistan, Rusia, Eropa, negara-negara Afrika, Amerika Utara, dan Timur Tengah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper