Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan menilai bahwa outlook stabil dan peringkat BBB dari lembaga pemeringkat Standard and Poor's atau S&P menggambarkan optimisme investor terhadap prospek Indonesia. Upaya pemulihan ekonomi di Indonesia pun dinilai berjalan dengan optimal.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luky Alfirman menjelaskan bahwa peningkatan outlook Indonesia dari negatif menjadi stabil merupakan pengakuan atas arah perbaikan ekonomi makro yang kuat.
Menurutnya, hal tersebut menggambarkan laju pemulihan ekonomi yang relatif cepat, posisi eksternal yang kuat, dan penguatan signifikan di sisi fiskal. Penilaian S&P pun, menurut Luky, menjadi gambaran bagaimana investor global menilai prospek investasi dan bisnis di Indonesia.
Afirmasi peringkat Indonesia oleh S&P pada BBB dengan stable outlook mencerminkan optimisme investor internasional terhadap prospek perekonomian Indonesia di tengah tantangan global maupun domestik. Di saat beberapa negara menghadapi penurunan peringkat, Indonesia justru mampu mempertahankan peringkat layak investasi dan memperbaiki outlook dari negatif menjadi stabil," ujar Luky pada Kamis (28/4/2022).
Dia berharap bahwa bertahannya peringkat kredit tersebut dapat membawa angin segar bagi perekonomian Indonesia ke depannya, terutama pertumbuhan ekonomi yang sempat terdampak pandemi Covid-19. Luky pun berharap keyakinan investor terhadap perekonomian Indonesia terus terjaga.
"Peningkatan outlook ini menyiratkan bahwa kebijakan pemerintah sudah pada jalur yang tepat dan memberikan tantangan bagi pemerintah untuk tetap konsisten mengelola perekonomian dan kebijakan fiskal [APBN] sehingga dampaknya dapat terus dijaga secara berkelanjutan," ujar Luky.
Baca Juga
S&P menilai bahwa kebijakan penanganan pandemi Covid-19 serta pengelolaan kebijakan makroekonomi efektif dalam mendukung resiliensi kinerja perekonomian Indonesia. S&P memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,1 persen pada tahun ini.
Lembaga pemeringkat itu pun menilai bahwa dampak risiko konflik geopolitik di Ukraina dan Rusia terhadap Indonesia masih dapat tertangani. Namun, pemerintah tetap harus mewaspadai tekanan ekonomi global yang lebih parah akibat eskalasi konflik tersebut.
"Selain itu, potensi munculnya varian baru dari virus Covid-19 juga masih menjadi risiko terhadap outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia," tertulis dalam keterangan resmi Kementerian Keuangan mengenai hasil pemeringkatan S&P.