Bisnis.com, JAKARTA – Negara kawasan Asean dinilai sulit untuk menghindari proteksionisme di tengah inflasi dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani mengatakan memang ada dua proteksi yang dilakukan, baik dari dalam maupun luar Asean. Bahkan proteksi di luar Asean sudah terjadi sejak Donald Trump memimpin Amerika Serikat pada 2017 yang mengakibatkan perang dagang dengan China yang menyebabkan berbagai negara memproteksi diri.
“Akhirnya semua negara yang tadinya supply chain global itu berjalan sekian puluh tahun mencapai tingkat efisiensi tertentu, itu menjadi berantakan gara-gara Donald trump menyampaikan perang dagang,” jelas Hariyadi, Rabu (18/5/2022).
Hal yang perlu diperhatikan, adalah perdagangan dunia terus mencari equilibrium atau titik keseimbangan baru. Setiap negara sudah pasti memiliki keinginan untuk mengeluarkan modal yang rendah dan mendapatkan untung setinggi-tingginya. Bahkan setelah selesai kepemimpinan Donald Trump pada 2021, dunia terus mencari equilibriumnya.
Melihat perang Rusia-Ukraina yang sudah hampir 4 bulan berlangsung, mengakibatkan terhambatnya pasokan bahan baku antarnegara, salah satunya minyak bunga matahari.
“Prinsip-prinsip proteksionisme itu sulit untuk negara, kita pada posisi yang saling terkoneksi, beda dengan 100 tahun lalu yang mana hubungan negara masih banyak kendala dengan transportasi dan komunikasi. Kalau bicara sekarang, harus bicara titik kunci lebih meningkatkan daya saing,” lanjut Hariyadi.
Baca Juga
Menurut Hariyadi, suatu negara mungkin untuk melakukan proteksi namun tidak untuk jangka waktu yang lama. Perlu diingat, antardunia saling membutuhkan dan terkoneksi. Penting untuk mengembangkan apa yang masing-masing negara miliki terutama yang memiliki nilai tambah tinggi dan punya daya saing.
Sementara itu, antarnegara Asean perlu melakukan kolaborasi dengan duduk bersama menyamakan posisi untuk kondisi saat ini dan ke depannya. Pasalnya, masing-masing negara pun memiliki kepentingannya sendiri.
“Memang tidak mudah bicara secara blok asean, masing masing punya urgensi sendiri-sendiri. Kalau itu bisa dilakukan, ya kita bisa lakukan bersama-sama,” tutup Hariyadi.