Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Sawit Ungkap Penyebab Harga TBS Petani Makin Anjlok

Penyebab harga tandan buah segar (TBS) sawit makin anjlok di kalangan petani disebabkan fenomena global yaitu dengan kebijakan pengurangan konsumsi sawit oleh India dan China sebesar 4,8 juta ton per tahun.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mengungkap penyebab harga tandan buah segar (TBS) sawit makin anjlok di kalangan petani.

Salah satunya disebabkan fenomena global yaitu dengan kebijakan pengurangan konsumsi sawit oleh India dan China sebesar 4,8 juta ton per tahun.

Di samping itu, Asosiasi Kedelai Amerika (American Soybean Association/ASA) akan gelontorkan minyak kedelai ke pasar dalam jumlah yang besar yakni 2-3 juta ton.

Plt. Ketua DMSI Sahat Sinaga mengatakan fenomena tersebut menjadikan pasar ekspor untuk minyak nabati atau vegetable oil akan semakin ketat. Hal tersebut berdampak pada penurunan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar global.

“Fenomena ini, menjadikan pasar ekspor untuk vegetable oils akan ketat, dan harga CPO di pasar global per hari ini menukik dari US$1.720/ton minggu lalu menjadi US$987/ton atau menukik 42,6 persen,” kata Sahat saat dihubungi, Rabu (22/6/2022).

Sahat mengatakan hal tersebut berdampak pada realisasi ekspor CPO Indonesia belum pulih. Bahkan target ekspor 1 juta ton CPO belum terpenuhi dan hal itu membuat tangki-tangki CPO masih penuh. Alhasil, berdampak pada penyerapan TBS sawit petani belum normal dan harganya kemudian menjadi murah.

Menurut Sahat, CPO-CPO di pelelangan PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) pun akhirnya banyak tidak laku. Padahal, harga yang ditawarkan sudah rendah yaitu Rp9.250 per kg atau harga tersebut sudah jauh di bawah harga domestic price obligation (DPO) yaitu Rp9.563 per kg.

“Situasi yang tak menentu inilah, pengambilan/pembelian TBS masih seret, dan akibatnya harganya terus menukik ke Rp 1.756 per kg dari Rp3.500 per kg di beberapa hari lalu,” ungkap Direktur Gabungan Minyak Nabati Indonesia (Gimni) itu.

Dia pun meminta agar pemerintah mengambil langkat darurat dengan kondisi tersebut. Salah satunya dengan meningkatkan pemakaian CPO untuk bioenergi di tengah meroketnya harga bahan bakar fosil.

“harga fosil yang mahal US$113,4 per barel, dimanfaatkan untuk meningkatkan apilkasi pemakaian CPO lokal, dengan menaikkan B-30 ke B-40,” tuturnya.

Selain itu, Sahat pun mendesak agar beberapa kebijakan terkait minyak goreng dicabut dan dilepaskan ke mekanisme pasar.

“Harga CPO lokal yang sudah dibawah DPO, agar membatalkan regulasi DMO [domestic marker obligation] dan HET [harga eceran tertinggi] untuk minyak goreng, bebaskan ekspor sesuai mekanisme pasar,” ucap Sahat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Indra Gunawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper