Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai bahwa kinerja ekonomi Indonesia justru mengalami kemunduran setelah 25 tahun Reformasi. Dia bahkan mengatakan pertumbuhan ekonomi era Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebih rendah dibandingkan era Presiden Soeharto atau Pak Harto.
Menurutnya, laju perekonomian Indonesia saat ini mengalami perlambatan atau deselerasi, baik dari sisi ekonomi maupun pembangunan masyarakat
Dari sisi ekonomi, Faisal melihat penyaluran kredit perbankan saat ini mengalami kemunduran dibandingkan periode sebelum reformasi pada 1998. Dia mengatakan bahwa penyaluran kredit bank saat ini hanya mencapai 40 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
“Jaman Pak Harto [Soeharto] masih 60 persen dan kredit itu kan darah buat ekonomi, makanya pertumbuhan ekonomi turun terus,” ujarnya dalam diskusi publik yang digelar oleh CORE Indonesia, Selasa (16/5/2023).
Jika dikomparasikan, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa kepemimpinan Soeharto tumbuh sebesar 5,98 persen. Adapun, di era Jokowi, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2014 sampai dengan 2018 membentang dari 4,88 – 5,17 persen.
Selain itu, industrialisasi turut merosot. Faisal mengatakan peranan industri terhadap total ekspor sempat mencapai 60 persen pada era Soeharto, tetapi kini turun hingga 40-an persen. Adapun, peran ekspor dalam bidang teknologi juga mengalami kemunduran.
Baca Juga
“Dulu [zaman Soeharto] peranan high tech dalam total ekspor mencapai 12 persen sekarang tinggal 8 persen karena yang diekspor tinggal keruk, jual, petik,” tuturnya.
Di luar ekonomi, Faisal juga menyoroti turunnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia. sebagaimana diketahui, usia harapan hidup manusia Indonesia saat lahir turun dari 71,7 tahun pada 2019 menjadi 67,6 tahun pada 2021.
Meski banyak negara mengalami hal serupa, anjloknya usia harapan hidup manusia Indonesia yang mencapai 4,1 tahun itu jauh lebih dalam dari rata-rata dunia yang hanya 1,4 tahun.
Menurut Faisal, posisi Indonesia hanya lebih tinggi dibandingkan Myanmar dan tertinggal oleh Timor Leste. Kondisi tersebut, lanjutnya, mencerminkan pembangunan Indonesia saat ini hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur.
“Kita [Indonesia] mengalami bukan hanya deselerasi, tapi kemunduran pembangunan dilihat dari pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup dan kualitas hidup rakyat,” ujarnya.