Bisnis.com, JAKARTA — Megaproyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumatra Selatan (Sumsel) 8 dengan kapasitas 2x660 megawatt (MW) dipastikan dapat beroperasi komersial atau commercial operation date (COD) pada 7 September 2023.
Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) meminta PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN untuk mengevakuasi pasokan listrik dari salah satu PLTU mulut tambang warisan program 35.000 MW yang berlokasi di Tanjung Lalang, Muara Enim, Sumatra Selatan saat ini.
Wakil Direktur Utama PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) Dody Arsadian berharap pemerintah dapat membantu untuk menyelesaikan penyaluran listrik dari megaproyek tersebut. Dody beralasan penyelesaian proyek pembangkit dengan teknologi super critical, flue gas desulfurization (FGD) memakan waktu yang cukup panjang.
“Perjalanan kami cukup panjang, sudah tinggal selangkah lagi kita harus menuntaskan hajat ini. Semoga kita segera dapat oleh-oleh [listrik tersalurkan]. Harapannya tentu juga kami imbangi dengan kelancaran pembangunan selanjutnya,” kata Dody seperti dikutip dari siaran pers, Senin (7/8/2023).
Pembangkit yang juga dikenal dengan nama PLTU Tanjung Lalang ini dibangun oleh HBAP yang merupakan kerja sama strategis antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK).
Nilai investasi proyek PLTU Sumsel-8 mencapai US$1,68 miliar atau sekitar Rp25 triliun. Amandemen perjanjian jual beli tenaga listrik atau power purchase agreement (PPA) dan coal supply agreement (CSA) untuk proyek PLTU ini telah ditandatangani PLN dan PTBA bersama HBAP.
Baca Juga
Bila sudah beroperasi penuh, PLTU Tanjung Lalang bisa menyerap hasil produksi batu bara PTBA lebih dari 5 juta ton per tahun.
Pada 7 Mei 2023, penyaluran tegangan listrik (energize) untuk umpan tenaga listrik dari PLN (backfeeding power) dari jalur SUTET 275 kV Lumut Balai-Muara Enim ke PLTU Tanjung Lalang berhasil dilakukan, dilanjutkan uji komisioning seluruh mesin/peralatan sebelum masuk ke tahap operasional.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu mengatakan, evakuasi listrik PLTU Mulut Tambang berkapasitas 2X660 MW tersebut bakal menggunakan transmisi 275 kV menuju ke sistem Lahat dan Gumawang.
“Karena memang pusat listriknya ada di Sumatra bagian selatan, sementara demand listriknya itu berada di Sumatra bagian utara sehingga mau tidak mau harus ada transmisi," kata Jisman.
Kendati demikian, Jisman mengatakan, persoalan transmisi ke depan mesti segera dituntaskan lantaran perbedaan pasokan dan permintaan listrik di Sumatra.
“Kita berharap nanti transmisi ini segera dikembangkan, sudah disampaikan ke direktur PLN karena bagaimanapun Sumatra juga tumbuh [demand listriknya] maka harus segera dievakuasi, ini pun dorongan dari menteri agar dapat segera COD pembangkitnya,” kata dia.