Bisnis.com, JAKARTA - Para ekonom secara umum memangkas ekspektasi mereka terhadap prospek perekonomian China yang tidak menunjukan tanda-tanda perbaikan.
Menurut perkiraan median dalam survei Bloomberg terbaru, ekonom kini melihat produk domestik bruto (PDB) meningkat 5,1 persen pada 2023 dibandingkan tahun lalu (year-on-year/yoy). Angka tersebut turun dari ekspektasi sebelumnya sebesar 5,2 persen.
Penurunan peringkat tersebut disebabkan oleh proyeksi pertumbuhan yang lebih rendah pada kuartal III/2023. Para ekonomi kini melihat PDB meningkat sebesar 4,4 persen pada periode Juli-September 2023 dibandingkan tahun lalu.
Namun, proyeksi terbaru tersebut turun dari ekspektasi sebelumnya sebesar 4,6 persen.
Pada 2024, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan melambat menjadi 4,5 persen, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 4,8 persen.
“[Momentum pertumbuhan melambat] karena memburuknya penurunan investasi properti residensial dan hambatan dari angka ekspor yang buruk,” jelas direktur penelitian di Continuum Economics, Mike Gallagher, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (29/8).
Baca Juga
Dia juga menambahkan bahwa China memiliki peluang hard landing sebesar 30 persen pada tahun ini, meskipun Negeri Tirai Bambu tersebut berupaya menstimulasi perekonomian dengan menggunakan kebijakan fiskal dan moneter.
Pesimisme juga muncul ketika China menunjukan prospek yang memburuk, dengan pinjaman bank turun ke titik terendah pada bulan lalu dalam 14 tahun. Deflasi juga mulai terjadi dan ekspor mengalami kontraksi.
Dari survei tersebut, diketahui para ekonom memangkas perkiraan mereka untuk indikator-indikator utama. Kini, mereka melihat indeks harga konsumen (IHK) meningkat hanya 0,7 persen pada tahun 2023, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 0,9 persen. IHK juga turun pada Juli 2023, pertama kalinya sejak Februari 2021.
Angka-angka ekonomi yang lemah telah mendorong tindakan dari para pejabat China. Bank sentral China, PBOC, bulan ini menurunkan suku bunga pinjaman satu tahunnya dengan jumlah yang paling tajam dalam tiga tahun terakhir.
Kemudian, dengan penurunan suku bunga yang kedua tahun ini, China juga menahan diri untuk tidak mengeluarkan stimulus besar-besaran yang diterapkan pada krisis ekonomi di masa lalu.
Para ekonom kemudian juga melihat PBOC memangkas suku bunga kebijakan pinjaman, atau suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah, sebesar 10 basis poin (bps) lagi dalam tiga bulan terakhir 2023.
Mereka juga memproyeksikan penurunan 10 bps pada suku bunga pinjaman lima tahun, yakni suku bunga utama yang memandu hipotek.
Para ekonom juga mempertahankan proyeksi bahwa bank sentral akan memotong rasio persyaratan cadangan, atau jumlah uang tunai yang harus disimpan oleh pemberi pinjaman, sebesar 25 basis poin pada kuartal ini.