Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga Desember 2023, anjlok hingga 11,33% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 (year-on-year/yoy).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mejelaskan total ekspor pada periode tersebut mencapai US$258,82 miliar, lebih rendah dari 2022 yang mencapai US$291,90 miliar. Dia mengatakan bahwa penurunan ekspor nonmigas secara kumulaitf terjadi untuk semua sektor.
“Penurunan nilai ekspor nonmigas secara kumulatif terjadi di semua sektor, terdalam di sektor pertambangan dan lainnya sebesar 20,68% [yoy],” ujarnya dalma konferensi pers, Senin (15/1/2024).
Pudji menyampaikan bahwa penurunan ini sejalan dengan penurunan harga beberapa komoditas pertambangan di pasar global secara tahunan.
Adapun, komoditas pertambangan memberikan kontribusi sebesar 76,98% terhadap total ekspor nonmigas.
Sementara itu, penurunan dari kinerja sektor industri pengolahan tercatat sebagai pendorong utama atas kinerja ekspor secara keseluruhan tahun 2023.
Baca Juga
“Komoditas nonmigas yang mengalami penurunan nilai ekspor, diantaranya bahan bakar mineral HS27, lemak dan minyak hewani/nabati HS 15, dan berbagai produk kimia yaitu HS 38,” lanjutnya.
Sementara untuk periode Desember 2023, secara tahunan atau year-on-year (yoy), kinerja ekspor juga anjlok sebesar 5,76%. Menurutnya, kontraksi ini didorong utamanya oleh penurunan ekspor nonomigas pada golongan barang bahan bakar mineral HS 27 yang turun 16,49%.
Kemudian diikuti penurunan ekspor lemak dan minyak hewani/nabati HS 15 yang turun 23,42%, serta nikel dan barang daripadanya atau HS 75 turun 30,44%.
Meski demikian, jika melihat secara bulanan (month-to-month/mtm), ekspor pada Desember 2023 tercatat naik 1,06%.