Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada! Ini 5 Faktor yang Bisa Bikin Ekonomi RI Melambat jadi 4,9%

Core Indonesia mengingatkan ada lima faktor yang bisa membuat ekonomi RI melambat di kisaran 4,9%-5%.
Jajaran gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (7/7/2024). Bisnis/Abdurachman
Jajaran gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (7/7/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Center of Reform on Economics (Core) memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2024 hanya akan tumbuh melambat atau berada di kisaran 4,9%-5%.  

Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal menyampaikan Indonesia tahun ini dihadapkan pada tujuh risiko baik dari sisi global, perdagangan, hingga domestik.  

“Perlambatannya terutama disebabkan pada perlambatan konsumsi rumah tangga yang menyumbang paling besar terhadap PDB kita,” ujarnya dalam Midyear Review Core Indonesia 2024, Selasa (23/7/2024).  

Risiko pertama yang menahan laju pertumbuhan ekonomi Tanah Air, yakni adanya pelemahan permintaan dan  terjadi oversupply di China. Hal ini menjadi masalah karena China merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Dia mengingatkan si saat permintaan menurun di China, maka ekspor Indonesia ke China pun ikut lesu. Sementara itu, China yang juga mengalami oversupply di tengah perlambatan permintaan, produk-produk tersebut pada akhirnya diekspor besar-besaran ke negara lain, termasuk Indonesia.  

“Jadi ini yang kemudian juga menjadi salah satu isu yang sedang ramai sekarang, terutama di industri padat karya, tekstil, dan produk tekstil,” lanjut Faisal.  

Faktor kedua, perlambatan kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) ke level 2,2% pada kuartal II/2024 juga memberikan risiko terhadap perlambatan ekonomi Indonesia. 

Faisal menilai hal tersebut sebagai dampak dari bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate pada posisi yang tinggi dalam waktu yang lama.  

Faktor ketiga, risiko yang menjadi perhatian dari harga komoditas yang telah kehilangan efek windfall sudah sempat rebound, namun secara terbatas tidak setinggi pada 2022. 

"Seharusnya, dengan kenaikan harga komoditas akan meningkatkan performa perdagangan Indonesia ke luar negeri. Nyatanya, ketika harga komoditas andalan ekspor seperti sawit dan batu bara sudah mengalami rebound, pertumbuhan ekspor Indonesia justru minim," ungkap Faisal. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor pada Januari hingga Juni 2024 hanya tumbuh 1,17% dari periode yang sama tahun lalu atau year-on-year (yoy). Sementara impor tumbuh hingga 7,58%. 

Faktor keeempat, yakni Indonesia ketergantungan ekspor yang besar terhadap China. Menurutnya, ketika hal tersebut terjadi dan pada saat yang sama negara tujuan ekspor, yaitu China mengalami pelemahan permintaan maka akan berpengaruh ke kinerja ekspor. 

"Utamanya sektor manufaktur. Di mana pangsa pasar ekspor Indonesia ke China mencapai 23,71%, sementara ke negara Asean secara keseluruhan hanya 18,47%," jelasnya. 

Sebaliknya, kata dia impor China ke Indonesia justru meningkat dengan rata-rata pada kuartal II/2024 sebesar 5,1% (yoy), utamanya pada produk tekstil. 

Faktor terakhir, Faisal mengingatkan konsumsi rumah tangga terutama sejak lewat pemilu dan Lebaran mengalami pelemahan yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil yang turun di kisaran 1% pada kuartal II/2024.  

“Pelemahan konsumsi ini terjadi sejalan dengan minimnya peningkatan upah. Rata-rata upah riil pada 2023 kontraksi, di 2024 sudah mulai positif tapi sangat lemah sekali hanya tumbuh 0,7% yoy,” ujar Faisal. 

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo optimistis melihat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2024 akan tetap baik ditopang oleh permintaan domestik, mulai dari konsumsi rumah tangga, ekspor, hingga investasi. 

“PDB kuartal II/2024 didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi,” jelasnya dalam Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (17/7/2024).  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper