Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Mebel dan Kerajinan Ramal Produksi Bergeliat, Suku Bunga Acuan Turun

Penurunan suku bunga menjadi stimulus industri berupa akses pembiayaan, daya saing tinggi, dan peningkatan likuiditas.
Pengrajin menenun kain khas Atambua di Galeri Tenun Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (29/11/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengrajin menenun kain khas Atambua di Galeri Tenun Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (29/11/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) memprediksi pertumbuhan industri mebel bakal bergairah pada sisa 2024 dengan penurunan suku bunga acuan atau BI rate ke level 6%. 

Ketua Umum Himki Abdul Sobur mengatakan setidaknya kebijakan tersebut dapat menjadi stimulus industri berupa akses pembiayaan, daya saing tinggi, dan peningkatan likuiditas. 

"Penurunan suku bunga acuan ke level 6% pada Agustus ini memberikan beberapa dampak signifikan bagi industri mebel dan kerajinan, khususnya bagi eksportir yang tergabung dalam Himki," kata Sobur kepada Bisnis, Jumat (27/9/2024). 

Dia menerangkan, suku bunga acuan yang lebih rendah membuat pelaku industri mebel dan kerajinan berpotensi dapat mengakses pinjaman dengan biaya lebih rendah untuk modal kerja atau ekspansi. 

Hal ini artinya dapat mendorong peningkatan produksi dan investasi, terutama dalam peningkatan kapasitas dan adopsi teknologi baru di sektor manufaktur mebel dan kerajinan.

"Biaya operasional yang lebih rendah karena suku bunga yang turun bisa membuat produk mebel lebih kompetitif di pasar ekspor," tuturnya. 

Adapun, dengan harga produk yang lebih bersaing, eksportir dapat meningkatkan daya tawar mereka di pasar internasional.

Tak hanya itu, penurunan suku bunga juga membantu meningkatkan likuiditas perusahaan dengan memperbaiki cash flow sehingga memungkinkan untuk mengelola keuangan dengan lebih baik dan mengatasi tantangan keuangan jangka pendek.

"Namun, dampak penurunan suku bunga ini juga perlu dilihat dari sisi permintaan global, dimana industri mebel dan kerajinan nasional amat bergantung pada  pasar ekspor," jelasnya. 

Sobu menjelaskan, meskipun pembiayaan menjadi lebih murah, jika permintaan di pasar global sedang lesu seperti saat ini tantangan tetap ada bagi para eksportir yakni perlunya terobosan ke pasar baru seperti emerging market yakni, Indo Pasifik hingga Timur Tengah, termasuk China. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper