Bisnis.com, BADUNG – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) II Thomas Djiwandono meyakini era globalisasi sudah berakhir, sehingga potensi krisis pangan global semakin besar.
Thomas melihat banyak negara sudah mulai memberlakukan pembatasan terhadap aktivitas ekonomi dan bisnis dengan negara lain. Akibatnya, rantai pasok dan arus uang, komoditas, serta jasa antar negara terganggu.
“Era globalisasi, ketika suatu negara dapat bekerja sama dengan negara lain dengan hambatan sesedikit mungkin, sudah berakhir,” tegas Thomas ketika membuka Asean Treasury Forum di Bali, Kamis (3/10/2024).
Wakil Menteri Keuangan Sri Mulyani ini pun mengingatkan bahaya krisis pangan. Bagaimanapun, kini banyak negara yang bergantung dengan pasokan pangan dari negara lain.
“Gangguan pada rantai pasok dapat memperburuk masalah global, yang menimbulkan risiko terhadap ketahanan pangan,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Thomas menekankan pentingnya penguatan kerja sama antar negara-negara Asean. Dia mengingatkan, pimpinan negara-negara Asean telah mendeklarasikan penguatan ketahanan pangan (ASEAN Leaders’ Declaration on Strengthening Food Security).
Baca Juga
Dalam ini, sambungnya, perlu kolaborasi yang lebih dalam antar sektor keuangan dan pertanian negara-negara Asean. Selain itu, peningkatan produksi pangan melalui teknologi pertanian dan pengembangan varietas yang tahan terhadap perubahan iklim juga diperlukan.
“Indonesia secara khusus mendorong sistem pengelolaan cadangan pangan regional yang lebih terintegrasi untuk mengatasi keadaan darurat dan mengelola fluktuasi harga pangan secara efektif,” ungkap Thomas.
Dia pun mengaku senang dengan peresmian Asean Treasury Forum alias forum perbendaharaan negara-negara Asean di Bali pada hari ini, Kamis (3/10/2024).
Menurut keponakan presiden terpilih Prabowo ini, ATF bisa menjadi ajang untuk mewujudkan kolaborasi antara negara Asean—setidaknya sektor keuangan.