Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan harga minyak goreng Minyakita mengalami kenaikan di sejumlah wilayah. Kenaikan tersebut diperkirakan akibat momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang bakal terjadi dalam waktu dekat.
Budi menuturkan biasanya kebutuhan pangan akan melonjak, terutama minyak goreng menjelang momentum natal dan tahun baru serta Lebaran. Kemendag akan mempersiapkan ketersediaan pasokan di setiap wilayah agar harga minyak dapat terjaga.
“Minyak goreng Minyakita harganya kan masih relatif stabil, walaupun beberapa daerah itu mengalami peningkatan permintaan,” kata Budi di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Menyitir laman Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) milik Kemendag, hingga 25 November 2024, harga Minyakita di wilayah timur memang terpantau melambung di atas harga eceran tertinggi (HET). Perlu diketahui HET Minyakita sendiri dipatok Rp15.700 per liter.
Adapun, daerah yang mematok harga Minyakita tertinggi adalah Papua Tengah, harganya tembus Rp19.000 per liter. Secara nasional, harga rata-rata Minyakita mencapai Rp17.100 per liter pada 25 November 2024.
“Kami akan terus melakukan pengawasan ke daerah-daerah, terutama daerah yang mungkin pasokannya berkurang untuk menjaga agar ketersediaan pasokan terjamin,” tandasnya.
Baca Juga
Minyakita Rp17.000
Budi mengatakan melambungnya harga Minyakita secara nasional ini bukanlah suatu masalah yang serius, melainkan ada kendala dalam proses pendistribusian.
“[Distribusi Minyakita] tidak bermasalah, maksudnya itu ada kendala, jadi misalnya dari D2 ke pengecer, itu mungkin kurang lancar. Bukan bermasalah sebenarnya, tapi mungkin [distribusinya] kurang lancar,” kata Budi.
Budi menuturkan bahwa mulanya, permintaan Minyakita sempat turun dan kini justru melambung naik. Menurutnya, ketidaksiapan permintaan ini menimbulkan masalah terhadap pasokan Minyakita di beberapa daerah.
“Kemarin kan sempat permintaan [Minyakita] turun, sekarang kan naik, tiba-tiba naik. Jadi mungkin kesiapan yang kurang, jadi dampaknya dari ke pasokannya,” tuturnya.
Maka dari itu, Budi menjelaskan bahwa Kemendag akan menertibkan distribusi dari distributor lini 2 (D2) ke pengecer.
“Setelah dicek teman-teman di lapangan memang untuk daerah-daerah tentu masalah distribusi saja. Distribusinya yang tidak lancar, kemudian distribusi dari D2 ke pengecer kurang lancar, nah ini yang akan kita tertibkan,” terangnya.
Kendati demikian, Budi memastikan bahwa pasokan minyak goreng tidak terjadi masalah dan kebutuhan Domestic Market Obligation (DMO) sudah terpenuhi.
“Jadi ada masalah-masalah kecil-kecil mungkin di lapangan karena permintaan meningkat, sehingga perlu persiapan dari para distributor dan pengecer,” pungkasnya.