Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang RI November 2024 Diproyeksi Menurun, Imbas Harga Komoditas

Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan surplus senilai US$2,2 miliar pada November 2024.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan surplus senilai US$2,2 miliar pada November 2024. Jumlah tersebut menurun dibandingkan surplus perdagangan sebesar US$2,48 miliar pada bulan sebelumnya atau Oktober 2024 

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede mengakui bahwa tren surplus perdagangan akan terus berlanjut seperti yang terjadi dalam 54 bulan terakhir. Kendati demikian, sambungnya, belakangan juga terjadi tren penurunan surplus perdagangan akibat tidak seimbangnya pertumbuhan impor dengan ekspor.

"Meskipun ekspor dan impor diperkirakan masih akan menunjukkan pertumbuhan dari tahun ke tahun, pertumbuhan impor diperkirakan akan melampaui pertumbuhan ekspor," jelas Josua kepada Bisnis, Minggu (15/12/2024).

Dia memerinci ekspor Indonesia diperkirakan melambat menjadi 8,59% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada November 2024. Angka tersebut turun dari 10,25% YoY pada Oktober 2024.

Menurutnya, perlambatan ekspor tersebut terjadi terutama karena pelemahan permintaan global dan normalisasi harga komoditas yang sedang berlangsung. 

"Secara bulanan, ekspor diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 2,19% month-to-month [MtM], dipengaruhi oleh berlanjutnya penurunan harga batu bara dan moderasi kenaikan harga CPO [crude palm oil/minyak kelapa sawit mentah]," ujar Josua.

Sementara itu, impor tahunan Indonesia juga diproyeksi akan melambat namun tetap berada di angka dua digit dari 17,49% YoY pada Oktober 2024 menjadi 10,71% YoY pada November 2024. 

Meskipun terjadi perlambatan, Josua menggarisbawahi bahwa pertumbuhan impor tampak akan melebihi pertumbuhan ekspor. Artinya, permintaan domestik relatif lebih kuat dibandingkan dengan permintaan eksternal. 

"Secara bulanan, impor diperkirakan turun 1,15% MtM, didorong oleh penurunan harga minyak dan indeks PMI manufaktur yang masih berada di bawah 50, yang menandakan kontraksi dalam aktivitas pabrik," tutup Josua.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik akan mengumumkan realisasi ekspor, impor, dan neraca perdagangan November 2024 pada Senin (16/12/2024) esok.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper