Bisnis.com, JAKARTA -- Pemberlakuan tarif timbal balik alias reciprocal tariff sebesar 19% oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, berpotensi menekan kinerja neraca perdagangan Indonesia.
Dalam catatan Bisnis AS adalah salah satu tujuan utama barang-barang ekspor asal Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan mengungkap AS bersama China, dan India menjadi tumpuan utama ekspor nonmigas Indonesia.
Selama Januari—Juni 2025, misalnya, nilai ekspor ke 3 negara tersebut berkontribusi terhadap 41,34% dari total ekspor nonmigas semester 1/2025.
Secara perinci, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China tercatat sebesar US$29,31 miliar yang utamanya terdiri atas besi dan baja, bahan bakar mineral, serta nikel dan barang daripadanya. Adapun, pangsa ekspor nonmigas ke China mencapai 22,83%.
BPS mencatat nilai ekspor nonmigas ke China untuk besi dan baja (HS 72) mencapai US$9,01 miliar, bahan bakar mineral (HS 27) senilai US$4,23 miliar, dan nikel dan barang daripadanya (HS 75) senilai US$3,26 miliar.
Sementara itu, nilai ekspor nonmigas ke AS tercatat sebesar US$14,79 miliar yang utamanya terdiri atas mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, serta pakaian dan aksesorisnya atau rajutan. BPS mencatat AS mencatatkan pangsa pasar ekspor nonmigas sepanjang Januari—Juni 2025 sebesar 11,52%.
Baca Juga
Adapun, ekspor nonmigas ke AS di antaranya terdiri dari mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) mencapai US$2,8 miliar, alas kaki (HS 64) mencapai US$1,29 miliar, serta pakaian dan aksesorisnya atau rajutan (HS 61) senilai US$1,28 miliar. Mesin dan perlengkapan elektrik juga mencatat penambahan ekspor nonmigas tertinggi ke AS secara c-t0-c, yaitu naik US$847,09 juta.
Grafik. Neraca Perdagangan AS-RI 2020-Semester 1/2025
Sumber: Census.gov, dalam juta US$, data 2025 hanya semester 1.
Nikmati Surplus Bertahun-tahun
Alasan Trump mengenakan tarif impor barang sebesar 19% ke Indonesia untuk menyeimbangkan neraca perdagangan. Seperti diketahui, neraca perdagangan AS dengan Indonesia selalu defisit. Hal itu sudah berlangsung bertahun-tahun.
Bisnis telah merangkum data neraca perdagangan Indonesia-AS selama tahun 2020 - Semester 1/2025 versi otoritas statistik AS, yang menunjukkan nilai sebesar US$101,7 miliar. Angka defisit bagi AS merupakan surplus bagi neraca perdagangan Indonesia.
Adapun kebijakan tarif Trump telah memicu kekhawatiran baik pemerintah maupun kalangan pengusaha mengenai turunnya permintaan dari AS akibat tarif yang mencapai 19%. Lonjakan ekspor ke AS dan masih terjaganya surplus perdagangan ke negeri Paman Sam itu dinilai tidak akan bertahan lama dan ada potensi kemungkinan tergerus pasca penerapan tarif Trump.
BPS mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia dengan AS masih tercatat surplus di angka US$9,9 miliar pada semester 1/2025. Angka versi BPS itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan versi AS yang mencatatkan bahwa surplus perdagangan Indonesia ke AS mencapai US$11,7 miliar.
Besaran Tarif Trump RI vs Kompetitor
Persoalan tidak sampai di situ, tarif 19% rupanya bukan hanya diberikan kepada Indonesia. Malaysia, Filipina, Thailand yang merupakan kompetitor juga memperoleh tarif 19%. Vietnam yang sedang berkembang menjadi pusat manufaktur regional hanya sedikit lebih tinggi dari Indonesia yakni 20%.
Padahal Indonesia dalam proses negosiasi, Indonesia rela membuka bahkan sampai dengan hal yang paling sensitif yakni data pribadi milik penduduknya, untuk barter dengan tarif 19%.
Bagaimana Tarif 0% Barang AS ke Indonesia?
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, pemerintah sudah melakukan sosialisasi dengan pengusaha jelang penerapan efektif esok hari.
"Seperti kemarin seperti waktu dikenakan 10%, itu langsung, sosialisasi kan sudah dilakukan dengan Kadin dan eksportir," ujarnya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (6/8/2025).
Namun demikian, Airlangga menyebut tarif impor 0% terhadap barang dari AS ke Indonesia masih dalam tahap pembahasan. "Itu masih dalam pembahasan," kata Menko Perekonomian sejak 2019 itu.
Menurut Airlangga, pembahasan antara kedua negara itu masih berlangsung juga terkait dengan permintaan Indonesia kepada AS atas pengecualian barang-barang tertentu dari tarif impor 19%. Salah satunya crude palm oil atau CPO.
Airlangga mengatakan, nantinya tarif impor yang berlaku itu tanpa harus ada mekanisme FTA maupun pernyataan bersama (joint statement) lagi.
Secara terpisah, Airlangga yang memimpin tim negosiator Indonesia terkait dengan tarif impor itu sebelumnya telah memastikan tarif impor 19% berlaku esok hari.
"7 Agustus, 7 Agustus," terangnya di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8/2025).