Bisnis.com, JAKARTA — International Monetary Fund atau IMF menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia telah mengalami tranformasi yang luar biasa dalam dua dekade terakhir.
Hal tersebut tercermin dari produk domestik bruto (PDB) 2023 yang meningkat empat kali lipat menjadi US$1,4 triliun.
IMF menyampaikan bahwa kenaikan PDB tersebut diiringi dengan jumlah penduduk yang hidup dengan pendapatan kurang dari US$2,15 per hari telah menurun sepuluh kali lipat, menjadi kurang dari 2%.
“Di Jakarta, pendapatan rata-rata hampir sama dengan Polandia dan tidak jauh berbeda dengan Portugal,” tulisnya dalam unggahan di akun resmi @the_imf, dikutip pada Senin (30/12/2024).
Sementara mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia 2023 yang diukur berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp20.892,4 triliun. PDB per kapita tercatat mencapai Rp75 juta atau US$4.919,7.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal tak menampik bahwa indikator ekonomi Indonesia memang telah bertumbuh empat kali lipat. Namun perlu juga melihat dari sisi distribusi PDB dan struktur PDB per kapita.
Baca Juga
Menurutnya, kesenjangan masih sangat terlihat dari kelompok atas dan bawah maupun kesenjangan antarwilayah.
“Jadi walaupun PDB naik empat kali lipat, tapi ini lebih banyak digerakkan oleh kelompok atas atau sektor tertentu atau digerakkan oleh fluktuasi harga komoditas,” ujarnya, Senin (30/12/2024).
Faisal memandang pemerintah tidak boleh berbangga diri karena masih banyak tugas alias pekerjaan rumah (PR) untuk memperbaiki ekonomi Tanah Air. Di mana bukan hanya tumbuh lebih tinggi sebagaimana cita-cita Presiden Prabowo Subianto, namun juga lebih adil.
Utamanya menjadi PR bagi pemerintah untuk membuat pertumbuhan yang merata dan tidak terkonsentrasi hanya di pusat atau satu kelompok saja.
Belum lagi masalah kelompok menengah yang turun kelas akibat ketidakmampuan untuk berkonsumsi dan penurunan daya beli menjadi penghambat ekonomi tidak dapat tumbuh lebih cepat dan stagnan di 5%.
Faisal menilai walaupun sudah tumbuh empat kali lipat, itu pun masih kalah cepat dengan negara setara yang lain.
Sementara masalah distribusi pendapatan, banyak hal yang masih menjadi permasalahan sampai sekarang, baik dari rasio gini (tingkat ketimpangan), struktur kekayaan, hingga perbedaan kepemilikan aset.
Disamping pemerintah berusaha mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru, pertumbuhan produksi masih lambat dari konsumsi. Tercermin dari komposisi konsumsi yang paling tinggi terhadap PDB.
Untuk 2024, pemerintah berharap ekonomi mampu tetap tumbuh di atas 5% dan mencapai 5,2% pada 2025.